Senin, September 2

Musim Penghujan

"Hai rumah apa kabarmu ?," Kata lelaki seniman saat hujan turun. Ketika itu dia berteduh di depan sebuah toko bertuliskan "disewa/dijual". Sungguh banyak toko tak produktif, pikirnya. Ia membayangkan rumahnya yang nyaman bisa bermain gitar sambil disuguhkan kopi oleh sang istri. Inspirasi serig mengalir serasa menghipnotis otak untuk berkarya. 

**

"Alhamdulilah hujan turun bang," kata Aminah kepada suami. Ia sudah tiga minggu berdoa agar hujan lekas turun. Tangan suaminya kapalan memegang gagang kayu untuk melubangi tanah. Telah lama hujan tak datang, tanah sawah kering, keras kerontang susah dilubangi. Aminah dan suami berburu menanam kedelai, katanya ini kesempatan mumpung kedelai tahun ini mahal. 

**
@Fahri_Joely: Paksa kali wak eryeh nya. :-D RT @Muarriefrahmat: ERTEH "RT @Fahri_Joely: Setidaknya ketika hujan ada gemercik nya membuat suasana tak sepi.

Anak muda ramai-ramai men-display kata-kata romantis saat musim penghujan tiba di sosial media. Mereka tetiba menjadi putis dan berharap seseorang membaca puisi singkat tentang hujan. Sporadis romantisme melanda kaum muda. 

**
Lain halnya dengan Saman, penjual rokok di kios kecil di sudut kota. Sejak kemarin hujan mengguyur bumi, kiosnya belum juga kedatangan pembeli. Pengendara yang lalu lalang enggan mampir membeli sesuatu karena takut basah. Jika pun yang sudah basah mereka beburu pulang untuk mengganti pakaian. 
Anaknya akan masuk sekolah Senin depan.  Harus ada dua juta untuk bayar uang muka. Memang katanya biaya sekolah gratis, itukan iuran bulanan dan buku bacaan. Meskipun dua juta sudah termasuk pakaian dan sepatu, ia tak tega melihat Amir, anaknya tak memiliki tas. Saman hanya berpangku tangan di dalam kios munggil di depan gedung Garuda theater. Ia berpikir keras kuli apa yang dipekerjakan saat musim hujan begini.  
***


0 komentar:

Posting Komentar