Malam itu aku tak dapat tidur. Juna baru saja menelfon untuk
yang terakhir kali. Dia telah mengambil keputusan untuk melanjutkan
master ke Jerman bulan depan. mengapa harus dia mengatakannya saat aku
senang, bahagia mendapatkan kerja baru di percetakan ternama. Saat aku
sedang semangat ingin berbagi bahagia dengannya.
Bisakah pagi
berganti dengan malam jika aku tak tidur, pasti berita buruk yang akan
dikatakan Juna. Tapi matahari tetap saja muncul dengan ceria. Yah.. aku
masih bahagia dengan email dari Pak Usman tentang tawaran menulis
cerpen. Hayalan dan ide nulis silih berganti dengan penasarannya ketemu
Juna besok.
Jam delapan teng aku tiba di Solong UK. Kusapu seluruh
tenda dengan pandanganku di depan parkir untuk cari cowok gimbal dengan
kemeja kotak-kotak, nihil. Akhirnya aku memutuskan duduk di dalam
warung, teras pasti akan panas nantinya. Dan Menghindari teras yang akan
berdatangan teman-teman yang biasa nongkrong disitu. Biar lebih leluasa
nangis kalau terjadi apa-apa nantinya.
Waiter datang menyapaku.
Hanya dengan senyuman, dia tau apa pesananku dengan mengatakan “Biasakan
?”. aku hanya mengangguk-angguk lemas padanya. Efek begadang mulai
terasa. Mungkin seperti biasa, Juna terlambat 30 menit.
Kuseruput
sangerku. Kopi ini akan menenangkanku selama aku masih bengong sendiri.
Juna muncul di depanku dengan muka layu. Dia hanya telat 10 menit pagi
ini. Pasti pertemuan terakhir sehingga dia on time. “Jadi?” aku membuka
pembicaraan. “kamu harus senang dengan kepergianku, itu salah satu
doamu” katanya. Dia mulai menceritakan tentang undangan biasiswanya.
“aku ingin kamu mencari pria lain yang baik hati, yang bisa menemanimu
selalu”. Bicara sambil menunduk. Kuteguk sanger dingin, tapi tak berasa
sanger lagi. Kopi ini mulai terasa asam. Lalu aku tersenyum dan
mencandainya “ hey, kalau kamu pergi aku pasti jadi rebutan disini”.
Lalu kami tertawa bersama. Walau tertawa terasa dibuat-buat, terus saja
kami tertawa tak henti saling mengejek pacar yang akan kami dapat
nantinya. Aku pamit sambil meneguk sanger dingin yang tak dingin lagi.
Hanya ada rasa susu kali ini karna aku tak sempat mengaduk lagi. Aku
meninggalkan solong dengan menahan air mata.
Sebulan sudah
berlalu, aku kecanduan sanger dingin dengan rasa kopi kental kurang
susu. Setiap kesempatan aku akan singgah di Solong untuk beli sanger
yang harus kubawa ke kantor dan bawa pulang. Baru sekarang aku sadar,
setiap rasa kangen datang aku kecanduan sanger dingin. Menjadi penulis
tetap di kantor baru, aku mendapatkan pujian dari Pak Usman. Katanya
cerpenku banyak mendapat pujian. Pembaca menamakan aku miss galau. Damn.
Rahasia umum sih, kalau aku sedang patah hati. Jadi kami memutuskan
untuk celebrate di Solong untuk cerpen filosofi sanger yang sedang
hangat dibicarakan.
Dengan sempoyongan aku memasuki mobil Dika
yang menjemputku di depan lorong. Dika ingin memanjakanku hari ini. Dika
memang redaktur yang baik hati. Pak Usman and
the genk sudah
memesankan aku sanger dingin. Aku baru ingat, dari tadi malam aku belum
makan, takutnya sanger ini akan membuatku mules. Tapi ya sudah.... semua
orang merayakan cerpenku yang pertama tentang kopi. Lima menit kemudian
aku mulai mules... bolak balik aku ke kamar kecil dan menjadi bahan
tertawaan mereka. 30 menit kemudian, aku merengek pada Dika minta pulang
karna sudah keringgat dingin menahan kram perut. Pak Usman teriak saat
melihatku mulai pucat. Hari itu juga aku harus dilarikan ke rumah sakit.
Asam lambungku kumat. Yaahh, inilah kata tubuhku menyambut bahagia yang
tak bisa kunikmati. Aku tak cocok dengan sanger, efek susu hanya
membuat mules dan kopi, membuatku susah tidur. kopi dan lelaki sama saja
efeknya.
Bulan kedua. Aku bingung mau nulis filosofi kopi tentang
apa lagi. Kali ini Pak Usman memberi waktu dua minggu, waktu main-main
sudah dicabut dan aku harus lebih serius lagi. Memasuki minggu kedua,
aku belum menentukan angle tentang kopi.
Kali ini aku lebih sering
memantau warung kopi Rumoeh Aceh Kupi yang dilengkapi dengan mesin
canggih pembuat kopi. Disana aku bukannya konsentrasi cari bahan, malah
kesem-sem sama barista yang ganteng. Barista itu bernama Joe, he is bad
boy. Duda keren yang bercerai dengan istrinya yang bule waktu dia masih
tinggal di Amerika. Istrinya tidak ingin tinggal di Indonesia karena
harus mengejar karir. Hampir setiap hari kami bertemu untuk membicarakan
tentang jenis-jenis kopi yang ada di dunia. Joe selalu tidak setuju
dengan sanger, yang katanya, sanger itu hanya kopi unik tidak bisa
dibilang kopi yang mendunia. Takaran sanger tidak ada yang tetap dan
setiap gelas akan memiliki rasa berbeda. Benar juga sih.
Joe senang dekat denganku, karna aku sempat menulis profil tentangnya di koran tempat dulu aku berkerja. Lumayan masih bisa
freelance
dan bisa sedekat ini dengan Joe. Cerpen selesai dengan gaya tulisan
kuliner dan cinta. Aku tak bisa memisahkan perasaan dan tulisan.
Begitulah tulisanku selama ini. Espresso hanya membuatku terjaga dan
tidak candu.
Harusnya aku sadar diri, cintaku sama Joe hanyalah
cinta pohon kelapa. Akunya cinta, dianya nggak apa-apa. Dia duda keren
yang masih trauma sama pernikahan. Sedangkan aku, selalu membicarakan
tentang rumah masa depan yang hanya membuatnya bosan. Jadi jika ingin
bersama Joe, aku harus menikmati espresso yang efek paitnya kentara.
Terjaga sementara.
Pak Usman tetap senang dengan
statement
espresso di cerpenku. Tapi Dika tidak puas dengan tulisanku kali ini,
dia protes. Katanya tidak cocok kalau aku harus menyamakan duda dengan
espresso. Hehehe.. itu kopi kesukaanya. Dasar, si Dika bujang lapok.
Bulan
ini, aku harus menemani kakakku yang lagi hamil, jadi aku harus tinggal
dirumahnya hanya untuk masak. Biasalah ibu-ibu hamil, mereka sering
memamfaatkan kehamilannya buat malas-malasan. Aku sangat tidak setuju
dengan acara ngidam yang sering dibuat-buat kak Beta.
Suatu hari, suaminya nyelutuk kalau dia ingin ditulisin tentang kopi.
Bang Taufik ingin tau kalau dia termasuk laki-laki kopi yang mana.
Ternyata sudah tua masih saja narsis. Karna dia seorang aktivis politik,
aku membuatkan cerpen di bulan ketiga ini tentang Bang Taufik saja. Aku
tertarik dengan kopi kesukaanya yang aneh. Kopi pancung.
Kak Beta selalu protes kalau karir suaminya, dia sering ditinggalin
sama suami dan menurutnya kerjaan aktivis sangat berbahaya. Keluarga
sering mendapat teror dan panik dibuatnya. Bang Taufik seorang idealis
yang suka koar-koar dengan temannya kalau sedang ada aksi. Di dunia
politik jika terlalu idealis akan didepak orang. Baru saja iparku itu di
singkirkan dari lembaganya lantaran tidak sama kepentingan. Jadi dia
sedang kecanduan kopi pancung agar selalau terjaga untuk membuat tulisan
dan opini. Kini dia sedang mengumpulakan pasukan baru dengan mahasiswa
untuk pembebasan tahanan politik. Dari nama saja kopi pancung ini sudah
seram. Apa lagi pekerjaan yang digeluti Bang Taufik. Aktivis selalu
terlihat keren dimataku.
Bulan ini Pak Usman
memberikan bonus besar untuk cerpen kopi pancung. Twitterku kebanjiran
mention setiap hari. Sekedar muji cerpen atau promisikan tulisan ini.
Taaaapi... tak ada satupun dari followerku yang nambah 1000 orang yang
ngasi lampu hijau buat ditaksirin. Naseb.
Bulan keempat. Sms masuk
tengah malam dari Ali gebetanku dulu. “ingin curhat”. Curhat aja cari
aku, kalau lagi senang dengan istri aja lupa. Ternyata si Ali lagi ribut
sama mertuanya. Yaa... imbasnya ribut sama istri juga. “udah dua minggu
nggak dapat jatah”. Akunya kesal. Hahahaaa.... mampu lu!
Curhatan sering terjadi di tempat
Gym
tempat biasa kami ketemu dulu. Setiap hari aku bertugas hanya jadi tong
sampah si Ali dan aku harus harus menjadi pendengar yang baik. Kalau
tidak begitu, ntar aku dibilang bukan seorang pendengar dan pembicara
yang baik. Itulah pelajaran yang aku dapat darinya saat masih bahagia
dulu. Ali adalah gebetan tetap selama lima tahun walaupun kami terkadang
punya pacar masing-masing. Cinta yang
long lasting tapi gak pernah jadian. Anehkan?
Alasan jarak membuat kami nggak ingin punya status. Dan dia malah kawin
duluan sama juniornya di mapala. Istrinya paling cemburu sama aku, ya
iyalah ... cuma aku yang bisa buat Ali itu bisa berfikir jernih dengan
segala wejangan disaat dia galau. Namanya tong sampah.
Akhirnya Ali lari dari rumah selama seminggu. Kami meng-gila ke Sumatra
Utara untuk panjat tebing hanya berdua. Lumayan, bisa nostalgia dan
menyelesaikan panjat tebing Sikulikap. Di tebing bisa teriak-teriak
sambil curhat, terkadang nyanyi bareng. Sampai selesai pemanjatan selama
empat hari kami menamatkan semua album Iwan Fals. Kalau sudah suntuk
kami masak mie instan dan cappucino sacset.
Indah
sih bersama Ali, tapi suami orang. Gebetan yang status gak jelas dan
suka timbul tenggelam cocok sama cappucino yang efeknya sementara dan
cepat saji bahagianya. Hanya cappucino kopi sacset yang aku kenal.
Akhirnya Ali jadi tokoh utama dalam kisah lelaki cerpen bulan depan
dengan judul cappucino itu selingkuhan.
Kali ini
aku menulis tentang lelaki yang agak berbeda. Italian Rose, kopi dingin
ala Rumoeh Aceh Kupi yang rasanya aneh banget dilidahku. Ini tentang
kisah si Mimi temanku. Janda seksi ini seorang
entertain sejati, gayanya udah kayak Shahrini aja kian hari.
Mimi seorang penyanyi berkelas yang punya suara seperti Norah Jones
membuat lelaki mabuk kepayang kalau dengar suaranya. Sekarang Mimi
sedang galau, mikirin pacarnya. Om Heru yang berstatus suami orang minta
kawin. Mimi galau gara-gara, om Heru itu kaya banget, ganteng banget,
nyambung dan “
hot banget”, kata mimi. Mau ditolak... cinta, mau diterima... laki orang. Kasian mimi, saban hari harus nyanyi lagu galau adele,
full
se-album. Om Heru sangat berkelas untuk dilepaskan. Mimi bisa berhenti
kerja keras cari duit, biaya perawatan dan kecantikan pastinya akan
dipenuhi oleh Om Heru. Hati-hati Mi, sama Italian Rose, kalau gak ngerti
menikmatinya gak akan enak kopi bapak-bapak aneh itu.
Bulan
berikutnya, tentang kopi tubruk. Gara-gara cerpen kopi tubruk ini aku
hampir saja dipecat Pak Usman. Dia marah besar dengan alasan, tidak
boleh ada yang jelek citra laki-laki dalam kopi. Untung Dika bela-belain
menjelaskan bahwa kopi ini juga positif isinya. Hanya saja dia
tersinggung kalau aku membuat kopi tubruk ini lelaki siaga. Siap antar
jaga yang berarti setia banget sama pasangannya. Sampai-sampai Pak Usman
tidak menegurku seminggu lamanya. Hampir tidak terbit cerpenku yang
ini. Belakangan aku baru tau dari Dika kalau Pak Usman suami-suami takut
istri. Wakakkaa.. derita lo deh pak.
Setelah berbulan-bulan
mendiskripsikan lelaki dalam filosofi kopi. Akhirnya aku menemukan kopi
jenis baru yang cocok buat lambungku. Dia seorang lelaki rapi, hah?
Nggak salah aku. Gak lah.... cinta itu unik bisa naksir sama siapa aja.
Lelaki ini bukan hanya rapi, seorang programer yang perfeksionis dan
selalu tepat waktu. Jauh bangetlah bedanya sama aku.
Aku hanya mengikuti nasehat teman-teman bahwa aku harus move on. Sekali
move on dapatnya malah yang aneh, menurutku. Kopi ini dapat membuatku terjaga untuk menulis semua kisah lama yang kutuang dalam minuman sebagai ciri lelaki. Kami cocok dalam segala hal. Kandungan kopi yang sangat kental, ia ciri kopi konvension yang biasanya diminati oleh orang pesisir, tepatnya pelaut. kebetulan dia pecinta senja. Banyak inspirasi yang dihasilkan selama ini, kopi ini menemani malam-malamku. Canduku pada kopi bernama
klasik membuat aku bahagia dan mengakhiri petualangan cerpen kopiku. pertanyaannya sekarang bagaimana aku memiliki kopi ini selamanya.
Hidup bukan saja tentang memilih kopi yang enak, tapi juga harus
mengetahui kandungan yang sesuai dengan lambung kita. Satu hal yang
harus kulakukan dengan kopi jenis Klasik ini adalah aku harus meninggalkan kopi
Arabika yang selama ini menganggu lambung. Memang biji kopi ini terlalu
rendah cafeine tapi rasa asamnya membuatku tak nyaman. Pohonnya cocok
dengan iklim apapun, jadi lelaki jenis Arabika ini banyak terkandung
di kopi manapun. Iklim hatiku kan unik dan berbeda gak bisa dengan
ordinary kopi.
Makanya kini aku harus minum kopi Klasik dengan biji Robusta organik
dari Gayo Luwes. Biji kopi ini tumbuh di dataran tinggi, yah... sesuai
dengan gayanya yang ordinary tapi radikal, mungkin cocok dibilang ya... ortodok. Kenapa kopi ini berkualitas? Karena
perawatannya sangat bagus dan lagi, kelangkaan kopi ini akan menjadikan
dia juga seorang yang unik. Indonesia hanya menyumbang 10% kopi Robusta
untuk perdagangan kopi. Kopi dengan cita rasa yang pahit ini cowok
banget dan memiliki kandungan
cafeine lebih tinggi dari Arabika. Sejauh ini hubunganku dengan Maimun memberi pengarus baik pada lambungku.
Dengan terbitnya buku kumpulan cerpen ini, Pak Usman segera memberikan
tugas baru yang lebih menantang untuk menulis novel sains. Baiklah Pak,
asal honornya dinaikin ya!.
Rahasia :
Lelaki itu kopi, kamu kira-kira yang mana?
Cerpen itu pacaran, Novel itu nikah.
Gimana menurut kamu?
Jika ada kesamaan nama hanyalah fiktif belaka. Jika ada kesamaan kisah dan tempat, berarti saya terinspirasi oleh anda.
Terima kasih.