Minggu, Desember 2

begitulah syariah

Peraturan dilakukan tanpa memberikan informasi tentang kepentingan syariat itu sendiri kepada masyarakat luas. sebagai penegak syariat, WH hanya menjelaskan tatacara berpakaian sebagai seorang muslim saat razia sedang berlangsung. Setiap petugas ini melakukan aksi razia yang biasa digelar di depan Masjid Raya Baiturrahman, angka penggar yang ditangkap terus meningkat. anehnya, razia ditutup setelah koordinator lapangan diwawancarai oleh wartawan. padahal masih ada waktu satu jam lagi seperti yang terpampang pada papan informasi mereka.

Sementara itu, terlihat seorang petugas wanita yang berada di lokasi razia, memakai jilbab tanpa menutupi dadanya dan terlihat agak gaul. setelah seorang wartawan menyindir melalui pertanyaan saat mewawancara koordinatornya, barulah dia menurunkan jilbab untuk menutupi dada. Begitulah razia terakhir yang dilakukan WH pada tahun 2012.


Wanita di Aceh khususnya Banda Aceh tidak menutup aurat, tetapi hanya menutup kepala dengan pakaian yang serba ketat sesuai dengan trend dan model. 

Hal ini terjadi karena kurangnya ilmu agama pada mereka yang tidak mengerti manfaat dan identitas busana itu sendiri. Wanita yang bersekolah di pesantren identik dengan busana yang selalu menutup aurat. Karena mereka mengerti dan mendalami tentang identitas busana tersebut. Malu rasanya jika melepaskan jilbab panjang yang telah menutupi tubuh sejak kecil.


Mereka sadar betul bahwa busana muslim adalah identitas seorang muslimah. Dengan tidak menutup aurat, orang akan bertanya apakah seorang wanita tersebut seorang muslim ? 

Dengan tidak adanya bekal ilmu yang cukup, seorang muslim tentu akan mengabaikan dan terpengaruh apa yang lebih dikenalnya. Seperti seseorang menggilai merk yang dipakai seorang artis, apabila artis yang ia nilai 'keren', maka ia akan berkiblat. 

Contoh lain, demam film ketika cinta bertasbih. Model jilbab atau gamis yang kerap digunakan artis tersebut akan diikuti oleh masyarakat umum yang mengagumi film tersebut. 

Pengaruh seperti ini tergantung kepada tingkat pengetahuan seseorang dan minat kepada pakaian yang ia kenakan. Karena pakaian adalah cermin seseorang. Dengan demikian apa yang melekat pada diri kita baik pakaian  dan perilaku adalah identitas seseorang yang akan menjadi tolak ukur siapakah orang tersebut. 

Jika dalam penerapan syariah islam di Aceh hanya menegakkan peraturan tanpa menggalakkan apa tujuan dan mamfaat, maka akan sia-sia karena ini tidak datang datang dari keinginan masyarakat itu sendiri. 

Melalui ilmu pengetahuan agama tentang fikih berbusana misalnya, suatu usaha penyadaran kepada masyarakat melalui psikologi seseorang. Peraturan atau qanun syariah islam yang sekarang sudah berlaku hanya mengurus tentang perilaku yang tidak sesuai dengan seorang islam. 

Akar permasalahan dari pelanggaran perilaku adalah kurangnya ilmu sehingga orang tidak memiliki kebijaksanaan saat melakukan kesalahan. jika tidak cukup ilmu kita tidak menjadi kritis saat menjalankan sesuatu yang baru apalagi terpengaruh.

Apakah pemerintah akan selamanya mengurusi perilaku masyarakat Aceh saja. Tanpa ada analisa dan tolak ukur keberhasilan peraturan yang telah dibuat akan jauh dari keberhasilan. Apakah pernah pihak terkait mengevaluasi, mengapa busana muslim tidak berhasil di Aceh. Mungkin mereka kekurangan SDM atau dana untuk kelanjutan program.Sangsi yang telah ditetapkan dalam qanun pun tidak mengurangi pelanggaran dan tidak memberikan solusi. 

Berdasarkan perspektif sejarah, ulama adalah orang yang paling disegani di Aceh karena mampu menjadi human resource (humas) dikalangan masyarakat. Peran ulama seharusnya digunakan kembali dalam pendidikan dan sosial. Penanaman ilmu seperti yang telah dilakukan di dayah-dayah dan pesantren. Model pendidikan seperti ini paling efektif dilakukan di sekolah umum menjadi pelajaran tambahan di dalam kurikulum sekolah formal. 

Ilmu yang diserap ini akan mengubah perilaku seorang manusia untuk terhindar dari pelanggaran syariah yang ada dalam qanun saat ini. 

Jangankan pelanggaran korupsi, jinayah pun akan reda dengan sendirinya. Dengan penguatan akidah sejak kecil akan terhindar seseorang melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan syariah yang sudah menjadi kebiasaan. 

Peran sosial dalam menegakkan syariah islam juga membawa pengaruh besar. Dalam budaya Aceh, Masyarakat menjadi kontrol sosial akan memberikan sangsi kepada pelanggar syariah. 

Peminum khamar misalnya, sangsi yang pernah berlaku dalam masyarakat dahulu dengan memberikan sangsi sosial kepada pelaku. Adanya larangan tidak menjabat tangan dengan seorang pemabuk adalah hinaan yang berpengaruh kepada psikologi pelaku. 

Kontrol sosial yang menjadi budaya ini telah dilakukan sejak lama di Aceh. Namun budaya tersebut hilang seiring dengan perkembangan jaman dan masyarakat menjadi apatis terhadap budaya dan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. namun Simeulu melakukan hukuman sosial ini dengan menggiring pelaku penjual dan pemproses arak dengan membawa tuak keliling kampung. 

kembalikan Hamzah Fansuri

Aceh pernah menjadi pusat sastra dan agama pada abad ke-16 saat Iskandar Muda menjadi sultan. Sastrawan ternama Hamzah Fansuri merupakan orang yang paling berpengaruh dalam menuliskan karya-karya yang menjadi domentasi sejarah pada masa itu. 

"Saat ini Hamzah Fansuri hanya dilihat orang dari Tasawufnya, padahal ada bidang-bidang lain yanh dihasilkan oleh beliau," kata Hermansyah, Filolog, seorang pengkaji naskah kuno. Ia sangat menyayangkan, seharusnya karya seni seperti ini seharusnya menjadi kajian agar dapat dinikmati oleh generasi penerus. Hal tersebut disampaikan kepada wartawan di sela-sela acara workshop seni dalam rangkaian acara Piasan Seni Banda Aceh 2012.  

Hermansyah bersama teman-teman sastrawannya, saat ini sedang melakukan berbagai kegiatan agar Hamzah Fansuri ini dapat menjadi bapak kesusatraan melayu dan sebagai penyair modern. 

Mengapa sastra melayu? Karena pada masa itu, kata Hermansyah, bahasa melayu adalah bahasa kesatuan yang ada di Asia Tenggara. Selain itu sastra Aceh muncul saat masa Kolonial Belanda masuk ke tanah Aceh. Untuk merahasiakan segala informasi, penulis Aceh mulai menulis menggunakan bahasa Aceh dalam tulisan Arab-Melayu. Seperti yang dilakukan oleh Tgk. Chik Pante Kulu dengan karya nya Prang Sabi.



**
Hermansyah mengajak kepada seluruh sastrawan indonesia untuk menulis ulang sejarah lagi dengan mencantumnkan Hamzah Fansuri. 

"Permasalahan kita adalah kurangnya orang yang mau menulis untuk mendokumentasikan sejarah," ungkap Hermansyah. 

Ia mengatakan, harus ada semacam kebijakan untuk dapat melestarikan tentang sejarah Ache, dalam hal ini peran pemerintah. "Seharusnya sastra Aceh seperti ini memasukkan dalam kurikulum di sekolah-sekolah," harapnya. 

Namun saat ini masyarakat Aceh hampir tidak pernah mendengar karya-karya beliau lagi. Seiring dengan perkembangan zaman ilmu tasawuf hanya di pelajari oleh pesantren dan perguruan tinggi seperti IAIN yang mengisahkan peringatan dan nasehat
Lewat penghayatan spiritual. 

Hamzah Fansuri lewat tulisannya dapat melekatkan  syariat islam dengan pengaruh politik dan agama yang berasal dari Arab dan turki. 

Karya-karya Hamzah Fansuri pada abad ke-16 telah banyak mempengaruhi pesyair modern baik di Indonesia maupun Malaysia. Hamzah Fansuri yang kenal dengan karya-karya ilmu tasawuf dan akidah saja. Padahal masih ada bidang-bidang lainnya seperti sastra prosa, politik budaya dan seni. 

Pengkajian ini penting dan lembaga-lembaga harus lebih giat lagi mengangkat tokoh-tokoh lokal, dengan sendirinya syair-syair Aceh akan terangkat juga. 

" Orang Aceh dalam menlestarikan masih kurang, karena tidak mendapat apresiasi saat ini, padahal penulis telah banyak menciptakan karya-karya sastra dan budaya," kata Hermansyah

Jumat, November 23

Mahasiswa Tari Asal Autralia Belajar Seudati di Aceh


Sekumpulan mahasiswa Autralia melakukan study tour ke Banda Aceh untuk belajar tarian tradisional Aceh. Dalam waktu empat hari saja, mereka harus menguasai dua tarian yang amat rumit bagi mereka. Menurut mereka, Seudati merupakan tarian rumit dan memiliki sejarah dalam perkembangan sejarah didalamnya.
Siswa bersama dosen, Bachelor of  Contemporary Art (BCA) Dance, Deakin University, Meulbourne, mendatangi sanggar Leumpia untuk tarian Seudati dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Program Studi Kesenian Universitas Syiah Kuala, untuk tarian Rateep Meuseukat.
“Saya tertarik pada tari Seudati karena gerakannya berasal dari alam, tarian ini sangat tua dan memiliki unsur sejarah,” kata Dr. Sally, dosen tari. Berawal dari pertemuannya dengan seorang mahasiswa Aceh yang belajar di Autralia yang bernama Murtala. Sally banyak memperoleh informasi tentang tarian seudati dan filosfi yang ada didalam tarian tersebut. Murtala memberikan rekomendasi unutk bertemu langsung dengan seniman dan pembina sanggar, Zuflihermi, sanggar Leumpia yang terletak di komplek Taman Budaya, Banda Aceh.
Sally mengatakan, tarian di Indonesia memiliki jiwa dan orang-orang berkumpul untuk belajar bersama. Tarian-tarian di Indonesia sama halnya seperti yang ada di dunia, menjadi budaya dalam sejumlah perayaan dan acara-acara penting lainnya. Tidak sama seperti di Autralia, orang menari dengan menunjukkan keseksian tubuh penari tersebut.
Sally memilih Seudati dipelajari oleh mahasiswanya karena Seudati  merupakan tarian yang masih langka dipertontonkan di dunia Internasional. Orang hanya mengenal tarian dari Bali dan Jawa saja jika bicaraNegara Indonesia. Padahal Seudati, menurutnya, sangat menarik untuk dipelajari komposisi dan gerakan yang kesemuanya mengandung makna tersendiri.
Setelah Tsunami, banyak mahasiswa yang berasal dari Aceh mengambil beasiswa di negara kanguru itu. Mahasiwa-mahasiswa Aceh sering mempersembahkan tarian Likok Pulo dan Saman dalam kesempatan-kesempatan acara kampus mereka. Sally tidak pernah melihat ada mahasiswa Aceh yang mempersembahkan tarian Seudati. Belakangan ia baru tahu, tarian seudati sangat rumit dan susah dilakukan untuk pertukaran posisi dan gerakan. “Saya pikir ini adalah tantangan untuk mempelari Seudati secara langsung ke Aceh.”
Seudati memiliki Sembilan motif komposisi, didalam setiap motif memiliki beberapa gerakan lagi. Menurut Hermi, mereka hanya mengajarkan empat motif yang disebut rukun. Rukun yang telah berhasil mereka pelajari adalah Saleum Syahi, Likok, Saman, Esra dan Lani. Kelima rukun tersebut paling rumit dibandingkan keempat sisa rukun yang tidak dipelajari. Karena terkendala waktu, sehingga Hermi hanya mengajarkan 5 rukun saja yang sudah mewakili tarian Seudati.
Bahkan penari tersebut menyanyikan dua lagu di dalam tarian Seudati tersebut. Dalam rukun Esra, lagu Hajat di hate lon pula bungoeng. Selain itu penari ini juga menyanyikan lagu Bungoeng hai cupoe bungoeng yang di dalam gerakan rukun Lani sebagai penutup tarian. Salahuddin adalah Syahi, seorang syeh yang melantunkan lagu dalam tarian tersebut.
Terdiri dari enam wanita dan seorang laki-laki, mereka dipimpin oleh seorang Lani bernama Cut Yuja. Cut Yuja adalah asisten pak Helmi yang mengajarkan mahasiswa ini dari awal tarian itu dipelajari. Cut Yuja saat ini masih menjadi mahasiwa PDPK Unsyiah, mengaku sangat senang dapat mengajarkan penari asing tersebut. Ditemani Sona Anjana yang ikut bergabung mengajarkan tarian Seudati.
“Mereka hebat dalam menari, orang Aceh saja butuh waktu berbulan-bulan untuk menguasai tarian ini,” kata Hermi. Hermi bangga dengan keseriusan mahasiswa ini. Menurutnya, jika mereka belajar satu bulan, mungkin akan bias menandingi pakar tari di Aceh. “mungkin jika diajarkan tari Saman dapat mereka kuasai dalam dua hari.”
“Saya sangat senang dapat mempelajari Seudati, tarian ini lebih susah dibandingkan dengan Rateep Meusekat,” kata Catherine, salah seorang mahasiswa Deakin tersebut. Catherine dan teman-temannya sangat bahagia dapat memakai baju tradisional Aceh pada hari terakhir belajar tarian Seudati. Hermi menyediakan baju teradisional lengkap dengan jilbab seperti yang dikenakan orang Aceh. Bersama istrinya hermi mendadani mahasiswa ini layaknya dara baroe (pengantin).
“Saya pertama kali memakai baju tradisional, saya menjadi cantik hari ini dan ingin memakai setiap hari,” ungkap Catherine bangga. Sally mengatakan, mahasiswa tidak masalah membayar biaya untuk belajar menari. Di Autralia, mahasiswa dapat meminjam uang kepada pemerintah untuk keperluan belajar. Pinjaman tersebut dapat dibayar setelah mereka bekerja nantinya.
Pemerintah malah mengharuskan kepada mahasiswa untuk mengambil study tour ke Negara lain untuk mendapatkan pengalaman. Menurut Sally, mencari pengalaman amat penting, apalagi belajar tentang budaya-budaya yang ada diu dunia. Hal ini Karena letak geografis Negara tersebut yang terpisah dari dunia.
Sebenarnya Sally berencana akan menampilkan tarian Seudati yang telah mereka melajari di Yogyakarta nantinya. Namun mereka akan terkendala dengan masalah syair yang akan mengiringi tarian tersebut. Mereka memang hanya mempelajari tarian dalam gerakan dan tidak mempelari syair yang dibawakan oleh Syahi.
“Saya akan datang lagi tahun depan dengan group yang berbeda untuk belajar tari juga,” ungkap Sally. Sebelumnya Universitas Deakin mengunjungi India untuk study tour tari. Sally dan Hermi sangat bahagia dengan penampilan mahasiswanya. Sally sempat berkaca-kaca setelah tarian selesai ditampilkan.
Begitu pula halnya dengan Hermi sebagai pelatih, “Saya bahagia, sampai tidak bisa ngomong. Senang sekali,” ungkap Hermi. Hermi sudah mendirikan sanggar Leumpia ini sejak tahun 1985 lalu. Dia telah mengajarkan ratusan penari tradisional di sanggar Leumpia tersebut.




Selasa, November 13

Posisi Wali Dalam Sejarah Aceh



Banda Aceh - Terdapat tiga kurun waktu perwalian memimpin dalam sejarah Aceh dari zaman kesultanan, penjajahan Belanda hingga setelah kemerdekaan. Tugas dan posisi sebagai wali merupakan jabatan yang diangkat saat genting atau perang. Walaupun masih ada perdebatan fungsi dan tugas, publik dapat memahami sebutan wali melalui sejarah Aceh. Walaupun terdapat banyak perdebatan akan posisi Wali dalam pemerintah Aceh, sejarah adalah argumentasi yang tidak akan habis dibahas, seperti yang dikutip oleh Prof. Pieter Geyl, sejarawan asal Belanda.
Dalam buku ’Aceh Sepanjang Abad’ yang ditulis oleh Muhammad Said menyebutkan, Setelah Sultan Alaidin Mahmudsyah  mangkat pada saat memuncaknya pertempuran pada tahun 1874. Penunjukan Wali ul Mulkibagian yang penting dari segi politiknya, yang diselenggarakan dengan cepat oleh pihak Aceh adalah untuk mengganti sultan yang  sudah meninggal.  Saat itu Aceh memerlukan sultan yang tangguh dan berwibawa untuk melanjutkan perjuangan mengusir Belanda di Kuta raja. Semua mata tertuju pada Tuanku Hasyim Banta Muda sebagai lambang persatuan dan pimpinan yang berwibawa untuk mengendalikan pemerintahan dan rakyat. Namun Hasyim enggan menjadi seorang sultan, selama empat tahun  tokoh-tokoh Aceh menyakinkan Hasyim, tetapi tidak berhasil. Hingga pada tahun 1878 Hasyim menunjuk Tuanku Muhammad Dawod Syah yang masih berumur antara enam tahun sebagai Sultan sedangkan beliau bertindak sebagai Wali Negara dengan jabatan  mangkubumi ia berwenang bertindak atas nama sultan.
Namun Tuanku Hasyim banta tak dapat menolak menjadi wali Negara karena Sultan Alaidin Sulaiman Ali Iskandar masih kecil, dan Hasyim lebih memilih sebagai Wali Negara dan panglima perang untuk menghadapi Belanda di Sumatra Timur.  
Hasyim lebih senang turun ke lapangan untuk menghadapi musuh dari pada duduk bersila  di atas tahta kerajaan. Setelah pengangkatan Muhammad Dawod Syah sebagai Sultan dan bertindak sebagai Wali Negara merangkap Mangkubumi Tuanku Hasyim Banta Muda. Mereka pindah ke Keumala pada tahun 1879 dan menjadikannya  ibu kota Kerajaan Aceh yang kedua. 
Seperti ysng tertulis dalam ‘Aceh sepanjang Abad’ jilid 2, Belanda berusaha menghasut sultan dengan berbagai cara, untuk menggiatkan gerakan perlawanan melawan Belanda yang bertindak sebagai Wali Negaramengangkat: Pertama, Teungku Syekh Saman Di Tiro menjadi menteri perang, Kedua, Teuku Umar menjadi laksamana (amirullbahri). Dan ketiga. Panglima Nya' Maka menjadi panglima urusan Atjeh Timur.
Dalam Dokumen berupa salinan surat atau ‘Sarakata’ yang dikirim oleh Tuanku Mahmud, Tuanku raja Keumala dan Tuanku Panglima Polem memerintahkan para Ulama Tiro untuk berdamai dengan pemerintah Belanda. Surat tersebut ditulis di Kutaraja, Kampung Keudah pada 18 Rajab 1327 Hijriah yang bertepatan pada hari Kamis tanggal 5 Agustus 1909. Dokumen tersebut ditemukan oleh Kapten H. J. Schmidt  dalam kantong pakaian Tgk. Muat. Ia adalah seorang perwira belanda yang dapat berbahasa Aceh. Sedangkan Tgk. Muat adalah cucu dari Tgk. Chik Di Tiro yang diutus untuk mengantarkan surat tersebut.
Bahkan Ismail Ya’kop,  dalam  bukunyaTeungku Chik di Tiro : Hidup dan Perjuangannya’ yang dikeluarkan pada tahun 1943, dan sempat di bredel oleh penguasa Jepang saat itu, karena buku ini berhasil membangkitkan semangat anak muda Aceh melawan Jepang,  menuliskan kisah fitnah ini yang disebarkan oleh pihak intelijen Belanda sebagai berikut 
“Bahwa Teungku Syik di Tiro menegaskan  beberapa kali, baik dalam pidato sesudah sembahyang Jum'at ataupun pada nasehatnja kepada angkatan perang sabil'. Ia menerangkan tujuan perangnya, bukan mau berkuasa di Aceh, tetapi mau mengusir musuh untuk ibadat dan karena panggilan jiwanja. Ia mau hidup dibumi jang merdeka supaya bebas melakukan segala syari'at agama. Bila menang, menjadi mulia pada sisi Tuhan dan bila tewas akan mendapat sjurga tinggi daripada Tuhan. Keterangannja itu, kemudian ditegaskannja pula dalam suatu maklumat kepada rakjat sesudah dikeluarkannja maklumat tanda-tanda kemenangan barisan muslimin lebih dahulu.

"Berdasarkan Sarakata yang ditemukan Kapten Smhidt tersebut, Almalik Teungku di Tiro diangkat sebagai Wali untuk  menjadi pemimpin negara," kata Adli Abdullah, pemerhati sejarah dan akademisi hukum Unsyiah.

Kepada Rakyat Aceh, Adli menjelaskan, setelah masa kemerdekaan 1945, Daud Beureueh mengangkat dirinya menjadi Wali Negara saat pemberontakan DI/TII pada tanggal 21 September 1955. Beliau merupakan Wali negara yang pertama.
Dalam masa pemberontakan DI/TII, Tgk Daud Beureueh di kudeta oleh Hasan Saleh pada tanggal 15 Maret 1959 dimana dia bertindak selaku penguasa perang NBA NII ( Negara Bagian Aceh, Negara Islam Indonesia ) mengambil alih seluruh kekuasaan sipil dan militer dari tangan Daud Beureueh dan menyerahkan kepada Dewan Revolusi yang diketuai oleh Ayah Gani, dengan wakil ketuanya Hasan Saleh. Kemudian tahun 1959  timbul nama amir Husin Al Mujahid menjadi wali yang kedua. Tujuan beliau dijadikan wali untuk dapat mendamaikan Aceh dengan Republik Indonesia. Pada bulan Maret 1959, dalam sidang majelis syura yang dipimpin oleh Wali Negara Tgk Amir Husin Al Mujahid dengan suara terbanyak bahwa Aceh menuntut daerah Istimewa. Dan konsep politik Istimewa Aceh dalam ( Agama, Pendidikan dan adat istiadat ) Dewan Revolusi yang dipimpin Wali Negara Tgk Amir Husin Al Mujahid ini diakomodir oleh Pemerintah Pusat yang delegasi dipimpin oleh Mr. Hardi pada 26 Mei 1959, disetujuilah Aceh sebagai Daerah Istimewa dengan Surat Keputusan bertanggal 26 Mei 1959, Nomor 1/Missi.1959. dan baru diundangkan dengan UU No 44 1999 tentang keistimewaan Aceh.

seperti yang dituliskan Adli Abdullah dalam makalahnya, ‘Kajian Kritis Lembaga `Wali Nanggroe’, setelah damai Aceh dengan RI hilang istilah Wali negara sehingga muncul Hasan Tiro.  4 Desember 1976 gerakan Aceh dipoklamirkan di gunung Halimun, Pidie. 
Akhirnya, Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Mardeka memateraikan perjanjian damai di Helsinki pada tanggal 15 Agustus 2005. Sementara itu pada tahun 2001, Farhan Hamid melegalkan dalam UU No 18 istilah Wali ini. Kemudian sebutan Wali tersebut diadobsi dalam Memorendum of Understanding (MOU) Helsinki sebagai Lembaga adat dan pemersatu rakyat Aceh dalam Undang Undang Pemerintahan Aceh No 11 tahun 2006 keberadaan wali nanggroe di atur dalam pasal 96 sd 98.
Pada tanggal 2 November lalu DPRA telah melakukan pengesahan Racangan Qanun Lemabaga Wali Nanggore dalam sidang paripurna III di Gedung DPRA. Masyarakat Aceh tak sabar menunggu hasil evaluasi dan pengesahan oleh Mendagri.

Selasa, Oktober 30

Asal Mula Terbentuk Kaum Syiah


Pada saat Nabi Muhammad SAW wafat, umat Islam mengalami pergolakan tentang siapakah pengganti nabi yang akan menjadi khalifah. Semasa hidupnya, Nabi Muhammad tidak memberikan wasiat siapakah kelak yang akan menjadi penerusnya. Musyawarah yang diadakan kaum Mujahirin dan Anshar, terpilihlah Abu Bakar menjadi Khalifah yang pertama. Namun ada golongan yang tidak setuju dengankeputusan tersebut. Mereka menginginkan Ali bin Abi Thalib menjadi penerus kekhalifahan, karna posisi beliau sebagai ahli bait. Muncullah golongan Syiah untuk membela dan menjadi pengikut Ali. Sebagai sepupu dan menantu Rasulullah, golongan Syiah berpendapat bahwa Ali lah yang berhak menjadi khalifah.

Setelah khalifah yang ketiga Usman Wafat, umat Islam beramai membaiat Ali menjadi Khalifah. Setelah enam tahun menjabat, Ali banyak dihadapkan dengan peperangan dan pemberontakan. Karena Ali banyak memecat pejabat masa pemerintahan Usman. Selain itu harta orang kaya yang pernah diberikan pada masa Usman ditarik kembali. Karena kebijaksaan-kebijaksanaan Ali pada masa itu, mengakibatkan perlawanan Gubernur dari Damaskus yang merupakan khalifah Muawiyah. setelah perang Shiffin melawan kaum ini, pihak yang berperang mengadakan tahkim atau Arbitrase. Karena tahkim tersebut tidak menyelesaikan masalah, umat islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Muawiyah, Syiah (pengikut) Ali, dan Al-Khawarij (golongan yang kelaur dari barisan Ali).

Setelah Ali terbunuh oleh kaum Al-Khawarij, dan pemerintahan Yazid naik tahta. Yazid merupakan anak dari khalifah Muawiyah yang menjalankan pemerintahan bersifat Monarki (kerajaan). Kekhalifahan diperoleh dengan cara kekerasan, diplomasi dan tidak dengan pemilihan suara terbanyak. Satu pendapat mengatakan bahwa Yazid anak Muawiyah dari istri yang tidak sah (selir) sehingga kaum Syiah menentang Yazid mengangkat dirinya menjadi khalifah.

Saat Yazid naik tahta penduduk Madinah dipaksa untuk mengambil sumpah untuk setia padanya. Namun hanya dua orang yang tidak mau bersumpah, yaitu Husein bin Ali dan Abdullah bin Zubair. Kemudian pengikut Ali yang merupakan Syiah mengadakan konsolidasi kekuatan untuk melawan Muawiyah. Kemudian pada tahun 680 M, Husein pindah dari Mekkah ke Kufah (Irak) atas permintaan golongan Syiah. Umat islam di sini tidak mengakui Yazid, lalu mengangkat Husein menjadi Khalifah. Dalam pertempuran di Kuffah, Husein terbunuh dan dipenggal. Kepalanya dikirim ke Damaskus, sedangkan tubuhnya dikubur di karbala.
Setelah kematian Husein banyak pemberontakan terjadi diantaranya, pemberontakan Mukhtar pada 687-687 M. Mukhtar mendapat banyak pengikut diantaranya kaum Mawali, Umat Islam bukan Arab yaitu dari Persia,  Armenia dan lain-lain. Kaum ini dianggap sebagai warga negara kelas dua. Mukhtar terbunuh saat melawan gerakan oposisi lainnya, gerakan Abdullah ibn Zubair. Namun Ibn Zubair tidak dapat menghentikan gerakan Syiah ini.
setelah Husein ibn Ali tebunuh, Zubair mengakui menjadi dirinya menjadi khalifah. Tak lama setelahnya pasukan Bani Umayyah mengepung Mekkah dan Yazid terbunuh saat itu. Kemudian tentara Umayyah menyerbu Ka’bah, keluarga ibn Zubair dan sahabatnya melarikan diri dan mati terbunuh pada tahun 692 M.

Selain gerakan diatas, gerakan-gerakan anarkis yang lakukan oleh kelompok Khawarij dan Syiah juga dapat diredakan. Hubungan pemerintah dengan golongan oposisi membaik pada masa khalifah Umar ibn Abd Al-Aziz tahun 720 M. Saat itu kaum Mawali disejajarkan dengan muslim Arab dan memberikan kebebasan kepada penganut keyakinan dan kepercaan kepada penganut agama lain.


Sumber: buku Sejarah Peradaban Islam, Dr Badri Yatim, M.A dan internet.

Senin, Oktober 29

Darah Untuk Anak Thalassemia


Sebanyak 158 penderita Thalassemia yang mengidap anak-anak yang sudah terdata oleh komunitas darah untuk Aceh. Sekitar 70 anak telah menerima transfusi darah dari komunitas darah ini di seluruh Aceh.  Melalui sosial media twitter, komunitas ini mencari pendonor yang ingin menyumbangkan darah mereka melalui jejaring sosial.

Thlassemia adalah kelainan darah yang bersifat menurun (genetik), dimana penderita mengalami ketidak seimbangan dalam memproduksi hemoglobin (hb) dalam darah. Penderita tidak mampu memproduksikan protein dalam jumlah yang cukup, sehingga sel darah merah tidak terbentuk dengan sempurna. Jika penderita sudah mengalami Thalassemia parah, oksigen dalam hemoglobin akan berkurang sehingga jantung akan berkerja lebih keras. Selain itu, sel darah merah cepat rusak sehingga senantiasa membutuhkan suplai darah dari luar melali transfusi.

Thalassemia yang sudah parah (mayor) membutuhkan transfusi darah seumur hidup, setidaknya penderita menjalani transfusi darah setiap 2-3 minggu sekali untuk memperpanjang hidup mereka. Seperti yang dilansirkan  blog doktersehat.
Gejala Thalassemia ringan (minor) yang sangat sama dengan gejala animea, seperti lesu, kurang nafsu makan, sering terkena infeksi. Sedangkan gejala bagi penderita parah adalah  perut buncit karena hati dan limpa membengkak akibat kelebihan zat besi saat transfusi darah yang berulangkali.

Nurjannah Husien, pendiri komunitas Darah Untuk Aceh kini sedang giat mencari donor yang dapat memberi sumbangan darah secara rutin untuk penderita Thalassemia di Aceh. Melalui sosial media Twitter, ia sudah mengumpulkan para pendonor dari berbagai komunitas.

Menurut Nurjannah, sudah 200 orang pengguna twitter sudah mendonorkan darah mereka untuk Thalassemia. Pendonor darah yang kebanyakan adalah pendonor pemula ini yang berumur 18 tahun keatas. Kebanyakan diantara mereka adalah mahasiswa yang tergabung dalam berbagai macam komunitas yang ada di Banda Aceh.

“Kita ingin mahasiswa di Aceh menjadi pionir untuk menginspirasikan kepada mahasiswa di luar Aceh agar pendonor Thalassemia ini bisa menasional.” Harap kak Nur. Kini sudah muncul juga peduli Thalassemia dengan menggunakan twitter di luar aceh, seperti Jogja dan Lampung yang juga menggunakan logo Darah untuk Aceh yang selalu terhubung di twitter kapan saja.

Dalam waktu dekat komunitas darah untuk aceh ini akan mengadakan kampanye ke posyandu-posyandu yang ada di kabupaten untuk mensosialisasikan dan mendeteksi dini. Ibu muda juga perlu adanya diagnosa penyakit ini lebih awal agar mengetahui penyakit bawaan tersebut.

Kini rumah sakit umum Zainal Abidin sudah menyediakan Sentra Thalassemia untuk penderita yang membutuhkan rawat inap dan transfusi darah. Sejak tanggal 18 September 2012 penanganan Thalassemia sudah dipindahkan dari ruang inap anak rumah sakit tersebut.

Komunitas akan dirangkul untuk memberikan semacam kegiatan yang dapat mengisi waktu kepada anak-anak penderita Thalassemia, di rumah kedua mereka Sentra ini. Menurut kak Nu, hal ini bertujuan untuk dapat menghibur dan memberikan perhatian kepada mereka.

“Kebetulan penderita banyak sekali dari Pidie dan Pidie jaya.” Terang kak Nu. Beliau sempat menangis mengenang seorang anak yang berasal dari Pidie Jaya, Miksalmina yang masih berumur 10 tahun meninggal dunia pada malam lebaran. Abang dari miksalmina juga menderita Thalassemia ini yang sudah berumur 11 tahun.

Sangat disayangkan kejadian ini, karena rata-rata pasien dibawa ke rumah sakit pada saat sudah parah yaitu Hb 1 atau 3. Seharusnya Hb 10 pasien sudah dapat di bawakan langsung untuk mendapat penanganan pihak rumah sakit.

Namun kendala komunitas darah saat ini adalah belum cukup pendonor untuk mencukupi kebutuhan darah untuk 158 anak. Seharusnya setiap anak mendapat 10 orang pendonor agar selalu mendapat transfusi darah yang cukup.

Komunitas darah ini sedang membuat program “10 for 1 Thallers”, yaitu program 10 orang tua angkat untuk setiap penderita. Mari kita bertanya pada diri kita, apakah kita mau menyumbang darah untuk hidup 1 anak Thalassemia?

Sabtu, Oktober 27

Energy


Berjalan dengan ibu menyusurin pantai, dari jembatan terlihat turbin-turbin raksasa, kipas yang mencakar langit. Tingginya 120 meter dilengkapi denga kipas yang jari-jarinya setengah dari tiangnya. Turbin yang dibangun denngan serat kaca dan tembaga. Berada pinggiran pantai menuju laweung. Pusat pembangkit listrik tenaga angin. Disinilah aku berkerja nanti. Cukup lelah untuk pulang setiap hari kerumah, memakan waktu 1 jam dengan mobil, untung bisa melewati bukit ilalang merupakan jalan alternatif dari lap Krueng Raya  ke pusat kota.
Belum terlalu banyak kipas raksasa ini bisa memasok energy untuk keperluan Negara kami. Tapi cukup untuk energi  pengganti bahan bakar fosil yang dihasilkan PT. Arun. Angin cukup banyak dipantai ini untuk membuat turbin selalu berputar. Turbin inilah yang membuat kotaku mencukupi kebutuhan listrik. Kami tidak perlu memperebutkan BBM fosil dunia untuk keperluan energi. Turbin ini paling ampuh untuk mengurangi emisi carbon yang sudah sangat bahaya dari bahan bakar fosil yang mengancam atmosfer. Minyak bumi  tak lagi membantu perekonomian Negara yang sudah menimbulkan perang karenanya. Negaraku cukup bijak mengambil langkah beralih ke energi angin secara perlahan  dan negara bisa menghemat pembelian BBM dengan angin yang gratis oleh Tuhan, sehingga menggurangi pajak negara.
Garis pantai yang luas dan datar yang menganugerahkan banyak angin membuat kota Angin ini selalu menghasilkan angin kencang. Kaju merupakan kawasan yang dulunya pemukiman yang kini menjadi pantai akibat sapuan bencana Tsunami tahun 2006.
 Angin merupakan energi murah dan sangat ramah lingkungan. ”Tak satu makhluk hidup mengeluh karenanya” kata seorang pakar angin yang pernah kubaca dalam jurnal kuliahku. Disinilah aku berdiri sekarang, kota Angin yang mengubah angin menjadi energi tanpa ada dampak lingkungan. Kota impian ibu sewaktu muda.
Meninggalkan pantai Angin kami melaju ke Darussalam kota pelajar. Menyusuri sungai Aceh dengan pantaran sungai seperti hutan yang menjaga ekosistem sungai. Beberapa orang berjogging di pantaran ini yang diselimutin pohon besar. Banyak burung pastinya tinggal disana. Kami memutuskan untuk berhenti dan duduk sebentar di taman tepi sungai untuk menikmati udara sejuk. Dengan luas pantaran sungai hanya 200 meter ini sudah memiliki iklim tersendiri, ada banyak lumut disini. Bioma ini yang membuat udara sejuk karna kelempannya terjaga. Memandangi sungai yang jernih seperti sungai dihutan saja. Kalau kita berada diseberang sungai pemandangan pegunungan lebih indah. Disini juga tempat bisnis tanaman, mereka menyewa untuk menjual tanaman hias dan tanaman buah. Menjadi tempat paling asik buat cuci mata melihat berbagai macam bunga dan jenis tanaman. Bahkan mahasiswa pertanian menjual hasil penelitiannya kesini.
kamipun bergerak ke Samahani, berkunjung ke kebun jagung ayah. beliau telah menunggu kami dengan traktornya untuk berkeliling. Wowww…aku baru tau kalau ayah ternyata  petani kaya. Jagung ditanami diatas tanas seluas 5 Hektare. Pantas ayah tidak ingin aku mengambil beasiswa S2, rupanya ayah cukup uang untuk menyekolahkan ku keluar negri.
Dua bulan lagi jagung ini akan panen, saatnya ayah sibuk mendistribusikan biji jagung ke melaboh pusat industri biodiesel. Tempat pengolahan jagung menjadi bahan kabar khusus kenderaan. Penasaran aku ingin ke pusat industri ini. mungkin aku masih punya waktu untuk berwisata ke Meulaboh sambil menunggu penugasanku di kota Angin.
Kunikmati waktu luangku dengan mengunjungi sanak saudara, aku sempatkan diri ke bukit ilalang. Banyak berubah ternyata. Jalan menuju ke bukit sudah ramai, jalan ini sudah sepenuhnya digunakan masyarakat, karna banyak sawah sudah menjadi pemukiman disini. Apa mereka sudah tidak mengkonsumsi beras lagi? Blang Bintang  kini menjadi perkotaan karna bandara internasional ini menjadi tempat transit bagi orang asing. Bahkan mereka sering tinggal beberapa hari untuk menikmati desa-desa di sekitaran bandara yang kini sudahmenjadi desa kunjungan wisata. Kata ibu mereka cukup  senang bisa main layangan atau hanya mengejar-ngejar bebek disawah. Desa dipedalaman yang masih dilestarikan oleh pemerintah, khususnya istri walikota.
Saatnya ke Meulaboh, Fika sudah menungguku di bandara. Teman kuliah yang cepat dapat panggilan kerja. Aku disambut kehangatan keluarganya. Fika sudah menikah dan meiliki seorang anak dan sekarang proses yang kedua. Suaminya salah satu pemilik saham di pabrik biodiesel. Pantas lansung dapat kerja si Fika, pabrik aja punya suami.
Hari ini Fika bolos kerja hanya karna ingin membawaku keliling lap dan pabrik. Dulunya pabrik ini mengolah sawit, karna para pengusaha sudah sadar lingkungan makanya mereka beralih ke tanaman yang lebih bermanfaat. Karna negara kami memang dasarnya dari lahan pertanian, yang sempat diubah menjadi kebun kelapa sawit walaupun banyak tentangan dari semua pihak. Tapi kini lahan pertanian cukup untuk memproduksi kebutuhan bahan bakar kenderaan Negara kami. Bahkan di ekspor keluar negri.
Dan saatnya melihat lap Fika. Kerja Fika hanya memastikan konsentratnya pas untuk bahan bakar. Jadi ini kerja yang dilakukan dari kuliah di luar negri. Dasar ibu hamil.
Mungkin setelah bayinya lahir baru dia ditugaskan untuk merancang bahan bakar cair yang lebih inovatif. Dengan membuat organisme yang dapat mencerna selulosa kayu untuk menghasilkan bahan bakar cair. Sisa dari batang tanaman yang telah dipanen. Biasanya sisa batang tanaman itu hanya menghasilkan serat pakaian, kini Fika membuatnya lebih bermanfaat.
Kami beralih ke pabrik pengolahan. Hmmm… good smell. Bau yang membuat lapar, semacam sedang di restoran franchise ayam yang membangunkan saraf lapar. Bau minyak nabati yang akan segera diproses untuk menjadi bahan bakar.
Bahkan  hampir 70% kedaraan menggunakan “biodiesel” di negara kami, minyak nabati yang diolah menjadi bahan bakar agar manusia tak lagi mengebor bumi untuk menambang minyak dan batu bara, Karna pertambangan dari dulu mengundang banyak tentangan masyarakat.sekitar tahun 2000-2010 salah satu kegiatan mahasiswa adalah mendemo perusahaan tambang dan pemerintah, meminta agar ditutup perusahaan dan dicabut izin penambangan. Mereka memperjuangkan Negara kami tetap hijau. Menjaga hutan dari kerusahan agar tidak ada carbon dioksida yang merusak molekul-molekul ozon yang semakin menipis. Tapi pengusaha tidak perduli. Mereka berlomba utnuk mengejar kebutuhan pasar.
 Walaupun begitu generasi  kami terus berusaha mencari alternatif energi di dunia ini. inilah salah satu cara menjaga keberlansungan bumi kita, apalagi yang kita lakukan selain menciptakan masa depan impian orang tua kita yang ketakutan akan habis nya minyak bumi. Aku tak akan membuat mimpi buruk ibu terulang kembali, mengantri minyak tanah untuk kebutuhan rumah tangga dan bensin untuk kenderaan. Karena persediaan berkurang dan harga melambung akibat perang. Perang yang memang diciptakan untuk mengusai ladang minyak. Perang ini akan melibatkan dan merugikan seluruh penduduk dunia.
Energi alternatif jawabnya. Walaupun demikian walikota sedang mempersiapkan ladang untuk membangun energi matahari agar alternatif pasokan bahan bakar selalu ada. Tanpa harus membahayakan penduduk dan lebih hemat dari segi financial. Beliau tidak setuju dengan energi  nuclear dan fusi. kedua Energi masa depan ini yang menghasilkan radio aktif yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup. Karena Negara Jerman dan Jepang telah membuktikan energy nuclear bahaya. Energy yng dapat diperbaharui lebih aman walaupun dengan jumlah produksi sedikit. Lebih aman dan itulah budaya negara  kami. Bercocok tanam. Dan menikmati dan mensyukuri pemberian Tuhan seperti angin dan matahari. Dengan energi ini kita tetap hidup.

Duniaku untuk bumi
5 juni 2011, adalah hari pertama aku berada di lap kimia milik kota Angin. Sangat canggih dan lengkap semua ke butuhan dan alat penelitianku. Lap bawah tanah seluas satu hektar cukup untuk bereksperimen dengan lima orang asisten dan dua orang peneliti dari Jerman dan Jepang. Inilah duniaku hydrogen.
Energi angin ini akan kami kembangkan untuk menjadi listrik yang akan diproses untuk kebutuhan rumah tangga bahkan untuk kompor. Dengan bantuan listrik yang selama ini dihasilkan oleh turbin angin secara electrolis akan menghasilkan hidrogen. Nah inilah zat yang selama ini aku lahap dijerman. Nah Kyo, bulek Jepang itu berpengalaman meneliti hidrogen ini dengan nuclear. Sedangkan Daniel bos kami sorang pakar energi. Entah kapan penelitian ini berakhir. Jika kami lolos tahap pertama semua peneliti bidang anergi akan mencoba temuan kami. Semoga. Aku yakin, ibu sedang berdoa agar aku cepat selesai dengan semua ini.
Menciptakan bahan bakar dengan tehnologi konvensional, yang akan mengubah hidrogen ini menjadi energi kinetik ataupun mekanik melalui pembakaran. Dengan harapan bisa menjadi bahan bakar nol emisi. memproduksi Hidrogen yang hasilkan energy bebas carbon dioksida. Strategi kami adalah melakukan penyimpanan carbon dioksida ini kedalam tanah. Strategi yang selama ini hanya diandai-andaikan oleh pakar energi dunia, yang akan segera kami teliti.
Ibu sering mengkhawatirkanku, pekerjaan seperti apa yang bisa kulakukan selain berbulan-bulan di dalam lap bawah tanah itu. Padahal aku lebih bermamfaat bagi masyarakat. Aku bisa bekerja dengan dinas kebersihan di TPA untuk membangun gardu listrik dengan bahan metana dari sampah yang membusuk didalam tanah. Atau membangun energy cadangan untuk pengusaha kilang padi yang menghasilkan listrik dari pembakaran sekam.
Bagaimanapun, kami mencari strategi baru untuk menyelamatkan bumi dan atmosfer dari ketergantungan kita terhadap energi.

Lelaki Dalam Secangkir Kopi


Malam itu aku tak dapat tidur. Juna baru saja menelfon untuk yang terakhir kali. Dia telah mengambil keputusan untuk melanjutkan master ke Jerman bulan depan. mengapa harus dia mengatakannya saat aku senang, bahagia mendapatkan kerja baru di percetakan ternama. Saat aku sedang semangat ingin berbagi bahagia dengannya.
Bisakah pagi berganti dengan malam jika aku tak tidur, pasti berita buruk yang akan dikatakan Juna. Tapi matahari tetap saja muncul dengan ceria. Yah.. aku masih bahagia dengan email dari Pak Usman tentang tawaran menulis cerpen. Hayalan dan ide nulis silih berganti dengan penasarannya ketemu Juna besok.
Jam delapan teng aku tiba di Solong UK. Kusapu seluruh tenda dengan pandanganku di depan parkir untuk cari cowok gimbal dengan kemeja kotak-kotak, nihil. Akhirnya aku memutuskan duduk di dalam warung, teras pasti akan panas nantinya. Dan Menghindari teras yang akan berdatangan teman-teman yang biasa nongkrong disitu. Biar lebih leluasa nangis kalau terjadi apa-apa nantinya.
Waiter datang menyapaku. Hanya dengan senyuman, dia tau apa pesananku dengan mengatakan “Biasakan ?”. aku hanya mengangguk-angguk lemas padanya. Efek begadang mulai terasa. Mungkin seperti biasa, Juna terlambat 30 menit.
Kuseruput sangerku. Kopi ini akan menenangkanku selama aku masih bengong sendiri. Juna muncul di depanku dengan muka layu. Dia hanya telat 10 menit pagi ini. Pasti pertemuan terakhir sehingga dia on time. “Jadi?” aku membuka pembicaraan. “kamu harus senang dengan kepergianku, itu salah satu doamu” katanya. Dia mulai menceritakan tentang undangan biasiswanya. “aku ingin kamu mencari pria lain yang baik hati, yang bisa menemanimu selalu”. Bicara sambil menunduk. Kuteguk sanger dingin, tapi tak berasa sanger lagi. Kopi ini mulai terasa asam. Lalu aku tersenyum dan mencandainya “ hey, kalau kamu pergi aku pasti jadi rebutan disini”. Lalu kami tertawa bersama. Walau tertawa terasa dibuat-buat, terus saja kami tertawa tak henti saling mengejek pacar yang akan kami dapat nantinya. Aku pamit sambil meneguk sanger dingin yang tak dingin lagi. Hanya ada rasa susu kali ini karna aku tak sempat mengaduk lagi. Aku meninggalkan solong dengan menahan air mata.
Sebulan sudah berlalu, aku kecanduan sanger dingin dengan rasa kopi kental kurang susu. Setiap kesempatan aku akan singgah di Solong untuk beli sanger yang harus kubawa ke kantor dan bawa pulang. Baru sekarang aku sadar, setiap rasa kangen datang aku kecanduan sanger dingin. Menjadi penulis tetap di kantor baru, aku mendapatkan pujian dari Pak Usman. Katanya cerpenku banyak mendapat pujian. Pembaca menamakan aku miss galau. Damn. Rahasia umum sih, kalau aku sedang patah hati. Jadi kami memutuskan untuk celebrate di Solong untuk cerpen filosofi sanger yang sedang hangat dibicarakan.
Dengan sempoyongan aku memasuki mobil Dika yang menjemputku di depan lorong. Dika ingin memanjakanku hari ini. Dika memang redaktur yang baik hati. Pak Usman and the genk sudah memesankan aku sanger dingin. Aku baru ingat, dari tadi malam aku belum makan, takutnya sanger ini akan membuatku mules. Tapi ya sudah.... semua orang merayakan cerpenku yang pertama tentang kopi. Lima menit kemudian aku mulai mules... bolak balik aku ke kamar kecil dan menjadi bahan tertawaan mereka. 30 menit kemudian, aku merengek pada Dika minta pulang karna sudah keringgat dingin menahan kram perut. Pak Usman teriak saat melihatku mulai pucat. Hari itu juga aku harus dilarikan ke rumah sakit. Asam lambungku kumat. Yaahh, inilah kata tubuhku menyambut bahagia yang tak bisa kunikmati. Aku tak cocok dengan sanger, efek susu hanya membuat mules dan kopi, membuatku susah tidur. kopi dan lelaki sama saja efeknya.
Bulan kedua. Aku bingung mau nulis filosofi kopi tentang apa lagi. Kali ini Pak Usman memberi waktu dua minggu, waktu main-main sudah dicabut dan aku harus lebih serius lagi. Memasuki minggu kedua, aku belum menentukan angle tentang kopi.
Kali ini aku lebih sering memantau warung kopi Rumoeh Aceh Kupi yang dilengkapi dengan mesin canggih pembuat kopi. Disana aku bukannya konsentrasi cari bahan, malah kesem-sem sama barista yang ganteng. Barista itu bernama Joe, he is bad boy. Duda keren yang bercerai dengan istrinya yang bule waktu dia masih tinggal di Amerika. Istrinya tidak ingin tinggal di Indonesia karena harus mengejar karir. Hampir setiap hari kami bertemu untuk membicarakan tentang jenis-jenis kopi yang ada di dunia. Joe selalu tidak setuju dengan sanger, yang katanya, sanger itu hanya kopi unik tidak bisa dibilang kopi yang mendunia. Takaran sanger tidak ada yang tetap dan setiap gelas akan memiliki rasa berbeda. Benar juga sih.
Joe senang dekat denganku, karna aku sempat menulis profil tentangnya di koran tempat dulu aku berkerja. Lumayan masih bisa freelance dan bisa  sedekat ini dengan Joe. Cerpen selesai dengan gaya tulisan kuliner dan cinta. Aku tak bisa memisahkan perasaan dan tulisan. Begitulah tulisanku selama ini. Espresso hanya membuatku terjaga dan tidak candu.
Harusnya aku sadar diri, cintaku sama Joe hanyalah cinta pohon kelapa. Akunya cinta, dianya nggak apa-apa. Dia duda keren yang masih trauma sama pernikahan. Sedangkan aku, selalu membicarakan tentang rumah masa depan yang hanya membuatnya bosan. Jadi jika ingin bersama Joe, aku harus menikmati espresso yang efek paitnya kentara. Terjaga sementara.

                Pak Usman tetap senang dengan statement espresso di cerpenku. Tapi Dika tidak puas dengan tulisanku kali ini, dia protes. Katanya tidak cocok kalau aku harus menyamakan duda dengan espresso. Hehehe.. itu kopi kesukaanya. Dasar, si Dika bujang lapok.
Bulan ini, aku harus menemani kakakku yang lagi hamil, jadi aku harus tinggal dirumahnya hanya untuk masak. Biasalah ibu-ibu hamil, mereka sering memamfaatkan kehamilannya buat malas-malasan. Aku sangat tidak setuju dengan acara ngidam yang sering dibuat-buat kak Beta.
                Suatu hari, suaminya nyelutuk kalau dia ingin ditulisin tentang kopi. Bang Taufik ingin tau kalau dia termasuk laki-laki kopi yang mana. Ternyata sudah tua masih saja narsis. Karna dia seorang aktivis politik, aku membuatkan cerpen di bulan ketiga ini tentang Bang Taufik saja. Aku tertarik dengan kopi kesukaanya yang aneh. Kopi pancung.
                Kak Beta selalu protes kalau karir suaminya, dia sering ditinggalin sama suami dan menurutnya kerjaan aktivis sangat berbahaya. Keluarga sering mendapat teror dan panik dibuatnya. Bang Taufik seorang idealis yang suka koar-koar dengan temannya kalau sedang ada aksi. Di dunia politik jika terlalu idealis akan didepak orang. Baru saja iparku itu di singkirkan dari lembaganya lantaran tidak sama kepentingan. Jadi dia sedang kecanduan kopi pancung agar selalau terjaga untuk membuat tulisan dan opini. Kini dia sedang mengumpulakan pasukan baru dengan mahasiswa untuk pembebasan tahanan politik. Dari nama saja kopi pancung ini sudah seram. Apa lagi pekerjaan yang digeluti Bang Taufik. Aktivis selalu terlihat keren dimataku.
                Bulan ini Pak Usman memberikan bonus besar untuk cerpen kopi pancung. Twitterku kebanjiran mention setiap hari. Sekedar muji cerpen atau promisikan tulisan ini. Taaaapi... tak ada satupun dari followerku yang nambah 1000 orang yang ngasi lampu hijau buat ditaksirin. Naseb.
Bulan keempat. Sms masuk tengah malam dari Ali gebetanku dulu. “ingin curhat”. Curhat aja cari aku, kalau lagi senang dengan istri aja lupa. Ternyata si Ali lagi ribut sama mertuanya. Yaa... imbasnya ribut sama istri juga. “udah dua minggu nggak dapat jatah”. Akunya kesal. Hahahaaa.... mampu lu!
                Curhatan sering terjadi di tempat Gym tempat biasa kami ketemu dulu. Setiap hari aku bertugas hanya jadi tong sampah si Ali dan aku harus harus menjadi pendengar yang baik. Kalau tidak begitu, ntar aku dibilang bukan seorang pendengar dan pembicara yang baik. Itulah pelajaran yang aku dapat darinya saat masih bahagia dulu. Ali adalah gebetan tetap selama lima tahun walaupun kami terkadang punya pacar masing-masing. Cinta yang long lasting tapi gak pernah jadian. Anehkan?
                Alasan jarak membuat kami nggak ingin punya status. Dan dia malah kawin duluan sama juniornya di mapala. Istrinya paling cemburu sama aku, ya iyalah ... cuma aku yang bisa buat Ali itu bisa berfikir jernih dengan segala wejangan disaat dia galau. Namanya tong sampah.
                Akhirnya Ali lari dari rumah selama seminggu. Kami meng-gila ke Sumatra Utara untuk panjat tebing hanya berdua. Lumayan, bisa nostalgia dan menyelesaikan panjat tebing Sikulikap. Di tebing bisa teriak-teriak sambil curhat, terkadang nyanyi bareng. Sampai selesai pemanjatan selama empat hari kami menamatkan semua album Iwan Fals. Kalau sudah suntuk kami masak mie instan dan cappucino sacset.
                Indah sih bersama Ali, tapi suami orang. Gebetan yang status gak jelas dan suka timbul tenggelam cocok sama cappucino yang efeknya sementara dan cepat saji bahagianya. Hanya cappucino kopi sacset yang aku kenal. Akhirnya Ali jadi tokoh utama dalam kisah lelaki cerpen bulan depan dengan judul cappucino itu selingkuhan.
                Kali ini aku menulis tentang lelaki yang agak berbeda. Italian Rose, kopi dingin ala Rumoeh Aceh Kupi yang rasanya aneh banget dilidahku. Ini tentang kisah si Mimi temanku. Janda seksi ini seorang entertain sejati, gayanya udah kayak Shahrini aja kian hari.
                Mimi seorang penyanyi berkelas yang punya suara seperti Norah Jones membuat lelaki mabuk kepayang kalau dengar suaranya. Sekarang Mimi sedang galau, mikirin pacarnya. Om Heru yang berstatus suami orang minta kawin. Mimi galau gara-gara, om Heru itu kaya banget, ganteng banget, nyambung dan “hot banget”, kata mimi. Mau ditolak... cinta, mau diterima... laki orang. Kasian mimi, saban hari harus nyanyi lagu galau adele, full se-album. Om Heru sangat berkelas untuk dilepaskan. Mimi bisa berhenti kerja keras cari duit, biaya perawatan dan kecantikan pastinya akan dipenuhi oleh Om Heru. Hati-hati Mi, sama Italian Rose, kalau gak ngerti menikmatinya gak akan enak kopi bapak-bapak aneh itu.
Bulan berikutnya, tentang kopi tubruk. Gara-gara cerpen kopi tubruk ini aku hampir saja dipecat Pak Usman. Dia marah besar dengan alasan, tidak boleh ada yang jelek citra laki-laki dalam kopi. Untung Dika bela-belain menjelaskan bahwa kopi ini juga positif isinya. Hanya saja dia tersinggung kalau aku membuat kopi tubruk ini lelaki siaga. Siap antar jaga yang berarti setia banget sama pasangannya. Sampai-sampai Pak Usman tidak menegurku seminggu lamanya. Hampir tidak terbit cerpenku yang ini. Belakangan aku baru tau dari Dika kalau Pak Usman suami-suami takut istri. Wakakkaa.. derita lo deh pak.
Setelah berbulan-bulan mendiskripsikan lelaki dalam filosofi kopi. Akhirnya aku menemukan kopi jenis baru yang cocok buat lambungku. Dia seorang lelaki rapi, hah? Nggak salah aku. Gak lah.... cinta itu unik bisa naksir sama siapa aja. Lelaki ini bukan hanya rapi, seorang programer yang perfeksionis dan selalu tepat waktu. Jauh bangetlah bedanya sama aku.
                Aku hanya mengikuti nasehat teman-teman bahwa aku harus move on. Sekali move on dapatnya malah yang aneh, menurutku. Kopi ini dapat membuatku terjaga untuk menulis semua kisah lama yang kutuang dalam minuman sebagai ciri lelaki. Kami cocok dalam segala hal. Kandungan kopi yang sangat kental, ia ciri kopi konvension yang biasanya diminati oleh orang pesisir, tepatnya pelaut. kebetulan dia pecinta senja. Banyak inspirasi yang dihasilkan selama ini, kopi ini menemani malam-malamku. Canduku pada kopi bernama klasik membuat aku bahagia dan mengakhiri petualangan cerpen kopiku. pertanyaannya sekarang bagaimana aku memiliki kopi ini selamanya.
                Hidup bukan saja tentang memilih kopi yang enak, tapi juga harus mengetahui kandungan yang sesuai dengan lambung kita. Satu hal yang harus kulakukan dengan kopi jenis Klasik ini adalah aku harus meninggalkan kopi Arabika yang selama ini menganggu lambung. Memang biji kopi ini terlalu rendah cafeine tapi rasa asamnya membuatku tak nyaman. Pohonnya cocok dengan iklim apapun, jadi lelaki jenis Arabika ini banyak terkandung di kopi manapun. Iklim hatiku kan unik dan berbeda gak bisa dengan ordinary kopi.
                Makanya kini aku harus minum kopi Klasik dengan biji Robusta organik dari Gayo Luwes. Biji kopi ini tumbuh di dataran tinggi, yah... sesuai dengan gayanya yang ordinary tapi radikal, mungkin cocok dibilang ya... ortodok. Kenapa kopi ini berkualitas? Karena perawatannya sangat bagus dan lagi, kelangkaan kopi ini akan menjadikan dia juga seorang yang unik. Indonesia hanya menyumbang 10% kopi Robusta untuk perdagangan kopi. Kopi dengan cita rasa yang pahit ini cowok banget dan memiliki kandungan cafeine lebih tinggi dari Arabika. Sejauh ini hubunganku dengan Maimun memberi pengarus baik pada lambungku.
                Dengan terbitnya buku kumpulan cerpen ini, Pak Usman segera memberikan tugas baru yang lebih menantang untuk menulis novel sains. Baiklah Pak, asal honornya dinaikin ya!.

Rahasia :
Lelaki itu kopi, kamu kira-kira yang mana?
Cerpen itu pacaran, Novel itu nikah.
Gimana menurut kamu?
Jika ada kesamaan nama hanyalah fiktif belaka. Jika ada kesamaan kisah dan tempat, berarti saya terinspirasi oleh anda. Terima kasih.

Iboih baru Dimata Panglima Laot

Harum bunga cengkeh sangat kentara yang dijemur di atas aspal, jalan lorong Mesjid. Satu ikat kayu bakar yang bersandar di salah satu tiang. Di teras rumah, beliau beristirahat ditemani rokok kreteknya. Rumah kayu setengah permanen dan tiga unit sepeda motor terparkir di garasi rumah. Jemuran bergelantungan di tali yang menyambung setiap tiang teras rumah itu. Di sudut rumah terdapat kios yang dipagari dengan kawat pagar kotak-kotak kecil. Tersusun rapi beberapa mie instan dan sayuran terlihat dari luar. Belum ada tanda-tanda kios bakso akan dibuka karena hari masih terlalu panas untuk berjualan bakso.
 “piyoeh, piyoeh… “ kata Abdul Gani, yang biasa dipanggil  Kep. Nama panggilannya sebagai kapten ditempat ia berkerja. Beliau sempat meminta maaf karna tidak memakai baju karna cuaca panas siang itu. Peluh masih tersisa di jidat dan badannya saat itu, Kep nampak sedang beristirahat pulang dari kebun mengambil kayu bakar untuk bahan bakar membuat bakso. Kami duduk diteras dengan kursi malas plastik sambil menghadap mesjid di depan kami.
Ia mengawali cerita dengan kenangannya mendapatkan Nomination Award saat bulan Februari 2010.  Wiwin, seorang staf Divisi Marine, Fauna and Flora international (FFI), telah mendaftarkan desa Iboih. Taman laut Iboih mendapat juara III dalam kategori pengelolaan daya tarik wisata berwawasan lingkungan, Cipta pesona wisata. Saat itu yahwa, ikut serta sebagai panglima laôt Iboih senior bersama walikota Sabang, Munawar Liza Zainal. Mereka menerima langsung penghargaan tersebut  dari menteri kebudayaan dan pariwisata, Jero Wacik.
Panglima laôt merupakan suatu struktur adat dikalangan masyarakat adat yang bermukim di pesisir dalam menjalan kan hukôm adat laôt. Peran Muhammad Kep, sebagai panglima laôt yang memberikan ide kepada masyarakat desa untuk menyusun dan mendokumentasikan peraturan baru yang menguntungkan masyarakat dalam mengelola wisata Iboih. Sehingga hukôm adat laôt yang diterapkan kini, banyak memberikan kontribusi pada perekonomian penduduk setempat.
Kep bersama penduduk Iboih melakukan sosialisasi hasil peraturan yang telah disepakati keseluruh panglima laôt yang ada di pulau Weh. Agar nelayan kepulauan Sabang yang mencari ikan ke kawasan zona inti yang dikelola masyarakat Iboih, maklum dengan peraturan baru mereka.
Kep membentuk satuan petugas (Satgas) untuk mengawasi pengelolaan laut. Ia menjelaskan, bahwa tugas Satgas ini melakukan patroli setiap dua kali seminggu untuk mengawasi adanya pelanggaran yang dilakukan di zona inti pengelolaan konservasi. Sehingga kini penjagaan taman laut lebih terorganisir. Satgas sendiri berasal dari penduduk setempat, mereka dengan sukarela melalakukan patroli tanpa ada bayaran sama sekali. Kep juga mengurus surat keputusan (SK) dan tanda pengenal untuk melegalkan Satgas ini.
Kep berharap suatu saat pemerintah mau mensupport panglima laôt dengan memberikan bantuan boat kepada Satgas. “Saya harap kesiapan pemerintah atau swasta untuk kesejahteraan Satgas.” Harapnya. Selama ini pak kep mencari dukungan keuangan dari perusahaan yang membuka usaha disekitar desa Iboih. Dengan bantuan sebanyak Rp. 700,000 tersebut hanya mencukupi bahan bakar boat saja. Ia juga mengiginkan agar pemerintah mau membangun tower pemantau di pulau Rubiah untuk aktifitas pengawasan tadi.
Kini hanya kegiatan memancing saja yang diperboleh di zona inti. Dulu banyak kegiatan mencari ikan yang merugikan dan merusak terumbu karang. Nelayan sebelumnya sudah maklum dan mengerti akan kegiatan yang merugikan tersebut. Namun nelayan dari luar Iboih sering melakukan pelanggaran tanpa ada peraturan yang baku dan tertulis. Kegiatan lainnya yang dilarang seperti menjaring ikan dengan menggunakan pukat, menembak ikan dan pancing intip. Kegiatan pancing intip ini menggunakan racun potasium untuk membuat udang dan ikan hias pingsan saja. Efek zat ini dapat mematikan dan merusak terumbu karang.
Hukôm adat laôt Iboih hanya mengelola 700 hektare oleh panglima Laôt. Selebihnya, 2600 hektare luas laut masuk ke dalam Taman Wisata Laut (TWL). Kep mengaku, saat ini hanya mampu mengawasi wilayah inti saja untuk menjaga kelestarian taman laut. Sebagai aset wisata bagi masyarakat untuk mengelola wisata Iboih yang menjadi destinasi selam dan snorkling.
Masyarakat setempat sangat merasakan peran Kep sebagai panglima laôt. Kep mencoba membuat peraturan seperti apa yang diinginkan masyarakat. “Selama panglima laôt baru, sekitar setahun kami membuat sistim loket pada boat yang membawa tamu, biar semua boat dapat giliran,” kata ketua kelompok wisata Iboih, Nasir Ishak. Banyak kemajuan wisata selama dua tahun terakhir, ungkap Nasir.
Nasir mengaku sangat setuju dengan adat laôt yang berlaku selama ini. “Sekarang kami banyak membuat acara-acara adat laôt, minggu lalu kami buat khanduri Laôt. Tahun ini kami sudah mengadakan acara Iboih kanaval. Acara ini semua disupport oleh panglima laôt. ”Penduduk merasakan bahwa panglima laôt memiliki power dalam meningkatkan kegiatan-kegiatan acara adat laôt. Melalui peran panglima laôt seperti Kep aspirasi masyarakat tersampaikan.
Peraturan yang dibuat bersama-sama ini telah menghilangkan kesalah fahaman yang selama ini terjadi diantara masyarakat. 70 persen masyarakat yang berkerja mengelola wisata mendapat kesempatan yang sama dalam mencari rezeki di laut Iboih.
Peran Kep tidak hanya terhenti di laut saja. Hutan mangrove yang rusak parah akibat terjangan tsunami, kini menjadi salah satu kegiatan panglima laôt dalam tugas rehabilitasi. Dalam kampanye pendidikan, panglima laôt menyediakan lahan seluas satu hektare untuk kegiatan penanaman mangrove yang dilakukan oleh anak-anak sekolah. Kep berharap, kawasan mangrove ini menjadi tempat wisata pendidikan dan nantinya menjadi pusat riset untuk kepentingan penelitian mangrove.
Diusianya awal 40 tahun, Kep tidak mengharapkan gaji atau SK untuk jabatannya sebagai panglima laôt. Ia hanya ingin keberhasilan ini dikenang oleh penduduk Iboih. Semangat dan berjiwa besar untuk gampong, yang telah memberikan kontribusinya dalam menjaga lingkungan. “Gajah mati meninggalkan gading, saya mati meninggalkan kenangan.” ucapnya mantap.
Ia cukup merasa puas berkerja sebagai kru di salah satu perusahaan sekolah selam di Gapang. Sempat dua tahun ia cuti pada pemilik perusahaan untuk serius mengurus adat Laôt. Pemilik perusahaan yang berkebangsaan Belanda menyambut baik maksud Kep. Kini ia menjadi koordinator kru boat yang hanya berkerja paruh waktu.
Kep melakukan pencegahan terhadap kerusakan lingkungan laut dan pesisir. Perubahan iklim dan bencana yang dapat merusak ekosistem laut memang tak dapat dicegah oleh manusia. Namun, Kep disini berusaha meminimalisir kerusakan lingkungan dengan melakukan perbaikan pada ekosistem laut dan pesisir.
Panglima laôt ditempat lain hanya melakukan pelestarian adat istiadat, mengatur wilayah penangkapan ikan dan menyelesaikan sengketa. Meskipun dalam prakteknya panglima laôt belum sejalan dengan kegiatan masyarakat setempat.
Kep tidak seorang diri mengkoordinir masyarakat di Iboih, beliau sering meminta nasehat atau sekedar curhat pada Yahwa. Ishak Idris yang sering dipanggil Yahwa (paman) karna beliau dituakan, merupakan panglima laôt yang pertama mendapat SK dari walikota Harun Ali. Yahwa telah menjabat sebagai panglima laôt selama 35 tahun dilhôkIboih. Bersama yahwa Kep sering melakukan sosialisasi ke kawasan lain. Mereka sering diminta menjadi pembicara atau berdiskusi masalah penyelesaian masalah bersama masyarakat.
Kep kini cukup puas dengan hasil kerja kerasnya selama ini. Wilayah wisata Iboih menjadi tempat percontohan wisata berbasis masyarakat. Kini, masyarakat Anoe Itam ingin menjadikan laut mereka sebagai tempat wisata taman laut. Begitu juga dengan desa Ie Meule sedang membuat peraturan agar desa mereka bisa menjadi seperti Iboih, menjadi kawasan wisata yang menjaga kelestarian lingkungan dan keberlansungan taman wisata alam laut pulau Weh.