Rabu, September 18

Kebakaran Meureudu


Pukul 23.30 dari jalan Iskandar Muda, Meureudu nampak lesu. Tapi di Jalan Revolusi, akses satu-satunya yg dipakai orang luar ketika ingin pergi ke pantai Mns. Balek atau sekarang tenar disebut pante Manohara, Meureudu dalam keadaan pilu.
Dini hari tadi sekitar pukul 01:30 wib kebakaran terjadi di pasar meureudu Kabupaten Pidie Jaya, selasa 17 September 2013. 
Yang belum sempurna jadi abu memang ada beberapa bilah beton yg masih menegak, seperti ingin mengatakan, sekitar 22 jam sebelumnya mereka masih berupa dinding rumah atau penyanggai lantai dua atau penyekat kamar tidur, dapur dan kamar mandi. Tapi lain halnya sekarang. Beton yg sudah hilang warna cat dasarnya itu tak bisa lagi disebut tegak kecuali onggok. Dan asap masih mengepul di baliknya menguarkan aneka aroma. Sesekali angin yg meniup dari kuala Meureudu membawa aroma luka ke lubang hidung yg peka.
Masih bisa disebut tegak dan tetap mengakar dari bala ini hanyalah sebatang pohon jambu di depan seonggok rumah. Daunnya masih rimbun, bisa dikatakan masih lengkap. Tapi api telah membuatnya kaku, berubah warna dan tak segemulai sehari lalu. Saat sepoi angin seperti saat ini meniup dari arah yg sama, yaitu dari kuala Meureudu, daun pohon jambu tak bisa lagi melambai. Sedikit angin kencang, ia ikut bergoyang, kaku dan jauh dari kata gerak gemulai. Serupa gerak pengidap strok. Sayup-sayup suara laut sampai kesini seperti baru memecahkan ombaknya di belakang pasar ikan. Dan Jalan Revolusi masih saja mati. Hal yg sama terjadi di belakangnya, di jalan pasar yg sekarang berubah menjadi lapangan puing, abu,sumber kepul asap penguat kata pilu
Salah satu tempat pencarian nafkah abangku ada di situ. Yang sebelah mana? Semuanya sama, tak punya penanda. Kaca jendela tumpah di jalan ini. Gemeretap bunyi saat terinjak sepatu. Serasa mau berebut unjuk haru ketika, seorang pedagang menahan sedu. Harta dan kayu jelma api, jelma bara, lantas mengabu. "inilah peluh tahun-tahun lewat yg sekarang cukup ditiup setarikan nafas. Huuftt ... Peluh luruh satu-satu dan tak mungkin menyatu," katanya. Raut wajah min Kawom, Fikri, Imran, Wahed Kak Cari, Yan Toke Gade, Ratna Mie Caluek, Jamin Kupi, Lah Botak, Yus Kiliek, Syokany, Jal Hijrah, dan nama-nama lain yg saat ini memendam geram. Lalu apakah ini ratap? Mereka jawab, ratap berkepanjangan bukanlah solusi sementara emosi adalah manusiawi. Lìhatlah, puing yg menyisakan jejak legam. [Reza Mustafa]





Top of Form


0 komentar:

Posting Komentar