Senin, September 16

Para Pendemo





Mengapa kita setuju saja dengan miss world

Mengapa harus menolak keras pada yang katanya bukan budaya kita. Harusnya kita tau dulu apa itu budaya. Bukan segala yang berbau timur rasaku. Judi, miras, korupsi, tukang kawin juga bagian dari budaya. Orang yang menolak budaya pajang paha dan dada ini menganggap akan menurunkan kualitas iman dan bangsa. Tapi kita tidak terlalu fanatik. Kayak bensin yang tersambar api begitu isu disulut semua eksis dan sporadis. budaya itu kebiasaan.

Pernah kita fikir kalau ajang tersebut ada hikmah untuk menaikkan derajat ekonomi Indonesia yang sedang dicekik korupsi. Perhatikan aja kalau akan pesta negara ini dengan kehebohan pemilihan presiden dan caleg, keuangan anjlok, defisit dan inflasi. Mereka butuh uanng.

Ajang ini sedikitnya dapat mengamankan keuangan negara kita meski, tak stabil. Negara kita masih lumayan. Negara berkembang saja murat-marit juga. Karena jika ekonomi stabil, mencegah orang menjadi miskin. 

Apakah orang yang menolak ini peduli pada keadaan ini, paling dia sedekah dan zakat sesuai dengan kemampuan. Bukan berarti aku tak setuju dengan sedekah. Padahal ada hal lain yang kita buat untuk menolong iman orang dan menolong orang miskin. Gimana ya cara bilangnya.. 

gini..

Harusnya orang yang menentang membikin gerakan yang mengadvokasi pemerintah untuk meminta program kesejahteraan. Atau mahasiswa anak sapi yang taunya hanya kepentingan akidah punya gerakan untuk peduli orang miskin dulu. Daripada hanya koar-koar untuk tolak ini itu. Ujung-ujungnya koordinator mereka ingin eksis dan terkenal, diwawancara wartawan. Lalu silap hari di pesta demokrsi,dengar-dengar, dia jadi caleg. Dimanfaatkan gerombolan anak sapi tadi. Jadi ajang miss world batu loncatan belajar berpolitik kecil-kecilan. Asal ada isu semua dimanfaatkan. kalian harusnya bersyukur bisa onani.


Ada cerita penolakan lain

Ada juga temanku yang kerjanya demo, dia tidak apatis dan membela masyarakat yang ditindas pemerintah. Silap hari dia bekerja pada gerombolan separatis tamak kekuasaan. Aku tak setuju, cari uang masih bisa dengan cara lain dari pada harus makan kemunafikan. Memang banyak pembenaran yang aku dengar tentang pekerjaan ini dari kawan-kawan. yah... mungkin kalian berfikiran positif. Ok aku negatif, aku berusaha berdiri pada tujuan awal, kebenaran tetap kebeneran.

Ada juga yang tidak setuju dengan wali nanggro, siapa sih orang mau dibodohi sama separatis gila gitu, mereka melakukan untuk pembuktian aja bahwa mereka bisa minum darah kita. Siapa yang setuju sama wali, kalau kita ini korban kanibal sejak nenek moyang kita dulu. Mereka sendiri punya kepentingan. Lalu, mereka yang tidak setuju ini berkerja dan menulis tentang wali, mungkin tak memihak. Tapi... aku belajar idealis pada mereka, aku belajar mana yang benar-mana yang salah. Tapi sekarang aku kecewa ketika mereka tidak bisa lagi mengkritisi wali nanggroe, karena mereka sudah makan uang hasil karnibal tadi. Sama saja makan darah saudara sendiri gak sih ?? belakangan aku ikut mencicipi, yang penasaran dengan bau amis darah yang mereka bawa pulang. Jadi untuk apa sekolah dibangun dan buku yang kita baca. Kalau ujung-ujung kita bicara uang, mapan  dan apa yaaa... 

Penting gak sih kita lakukan semua sekarang ini, kenapa harus kritis dulunya kenapa gak kerja mapan dari dulu tanpa harus memikirkan idealism segala. Kita butuh uang kan? Mapan? Iya kan.

Koq, aku malah lebih setuju dengan orang yang benar-benar melakukan hal yang kita benci. Kerja di outsourcing, merelakan pembangunan kota agar terlaksana kapitalis, bioskop dibangun, dan membenarkan sedikit kekacauan dalam negara bagian dari rantai keseimbangan kesejahteraan. Dan semuanya agar kota kita hilang identitas sekalian dari pada identitas miskin melekat, agar akidah kita yang mulia tetap ada.

Setidaknya ekonomi maju, kemiskinan ditunda, kebodohan sirna dan orang-orang tak usah ditakuti hilang iman. Jika pemerintah cerdas, rakyatnya juga dong. Bukan membatasi segala kegiatan, tapi bangun benteng iman berawal dari hati kalian yang merasa lebih pintar dan merasa benar.

Lalu apa yang bisa aku lakukan untuk membenarkan kritikanku ini pada mereka. Biarkan saja berjalan. Tidak protes pada miss world, yang menyumbang kestabilan ekonomi Indonesia lega. Toh aku tak melakukan apa-apa untuk para miskin ini. Padahal aku bisa buat apa saja buat mereka. Tak tau cara dan memang aku sedang apatis. Tapi kalau biarkan wali nanggroe nanti dulu.. tidak , aku tidak setuju.

Trus wali nanggroe, memang begitu fenomena dunia sekarang ini. Kegitan ini bagian dari setting penguasa dunia rasaku, yang tak banyak tau ini. Memang ada masanya konsep menguasai wilayah/Negara selalu berubah di setiap abad. Mungkin kita sedang menuju konsep baru dan meninggalkan sebutan konsep negara. Dengan latar belakang kedok di sana-sini yang menjadi misi. Generasi kita jangan mau digiring kedalamnya. Yaah hidup ini harus punya prinsip. Itu saja rasaku cukup. Iman? Itu juga prinsip. Perlu tuh. Agar kita tak seperti hasan tiro yang sok memerdekakan Aceh, tapi dia akhirnya jadi Amat Ramanyang yang durhaka pada Ibu pertiwinya. Dia juga gagal menolak Indonesia. 

dan... setengah kemudian aku menulis ini, Presiden SBY juga menolak wali dengan tidak mau mengukuhkan si apa Malek.

http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6645197994705350735#editor/target=post;postID=2812056373550985765;onPublishedMenu=allposts;onClosedMenu=allposts;postNum=0;src=link

Ada lagi genk rivalnya wali memanfaatkan mahasiswa untuk cari muka. Bodohnya anak-anak jaman sekarang. kalaupun gak ngerti sejarah bisa ditanya sama yang lebih tau. Yang sialnya lagi, acara ini menggunakan nama kampus dengan kedok cendikia, padahal udah tamat dari kamus ntah kapan-kapan. Pas Onani aja pakai nama kampus buat acara.

Kamarin pas SPP di telap  koruptor kampus, gak pernah nama cendikia muncul dipermukaan. Onani pakai tangan mahasiswa. kalian semua korban politik. 

0 komentar:

Posting Komentar