Mengapa kita setuju saja dengan miss world
Mengapa harus menolak keras pada yang katanya
bukan budaya kita. Harusnya kita tau dulu apa itu budaya. Bukan segala yang
berbau timur rasaku. Judi, miras, korupsi, tukang kawin juga bagian dari
budaya. Orang yang menolak budaya pajang paha dan dada ini menganggap akan
menurunkan kualitas iman dan bangsa. Tapi kita tidak terlalu fanatik. Kayak bensin
yang tersambar api begitu isu disulut semua eksis dan sporadis. budaya itu kebiasaan.
Pernah kita fikir kalau ajang tersebut ada hikmah untuk
menaikkan derajat ekonomi Indonesia yang sedang dicekik korupsi. Perhatikan aja
kalau akan pesta negara ini dengan kehebohan pemilihan presiden dan caleg, keuangan anjlok, defisit dan inflasi. Mereka butuh
uanng.
Ajang ini sedikitnya dapat mengamankan keuangan negara kita meski, tak
stabil. Negara kita masih lumayan. Negara berkembang saja murat-marit juga. Karena
jika ekonomi stabil, mencegah orang menjadi miskin.
Apakah orang yang menolak ini peduli pada keadaan ini,
paling dia sedekah dan zakat sesuai dengan kemampuan. Bukan berarti aku tak
setuju dengan sedekah. Padahal ada hal lain yang kita buat untuk
menolong iman orang dan menolong orang miskin. Gimana ya cara bilangnya..
gini..
Harusnya orang yang menentang membikin gerakan yang mengadvokasi
pemerintah untuk meminta program kesejahteraan. Atau mahasiswa anak sapi yang
taunya hanya kepentingan akidah punya gerakan untuk peduli orang miskin dulu. Daripada
hanya koar-koar untuk tolak ini itu. Ujung-ujungnya koordinator mereka ingin eksis dan
terkenal, diwawancara wartawan. Lalu silap hari di pesta demokrsi,dengar-dengar,
dia jadi caleg. Dimanfaatkan gerombolan anak sapi tadi. Jadi ajang miss world
batu loncatan belajar berpolitik kecil-kecilan. Asal ada isu semua
dimanfaatkan. kalian harusnya bersyukur bisa onani.
Ada cerita penolakan lain
Ada juga temanku yang kerjanya demo, dia tidak apatis dan
membela masyarakat yang ditindas pemerintah. Silap hari dia bekerja pada gerombolan separatis tamak kekuasaan. Aku tak setuju, cari uang masih bisa
dengan cara lain dari pada harus makan kemunafikan. Memang banyak pembenaran yang aku dengar tentang pekerjaan ini dari kawan-kawan. yah... mungkin kalian berfikiran positif.
Ok aku negatif,
aku berusaha berdiri pada tujuan awal, kebenaran tetap kebeneran.
Ada juga yang tidak setuju dengan wali nanggro, siapa sih
orang mau dibodohi sama separatis gila gitu, mereka melakukan untuk pembuktian
aja bahwa mereka bisa minum darah kita. Siapa yang setuju sama wali, kalau kita ini korban kanibal sejak nenek moyang kita dulu. Mereka sendiri punya kepentingan.
Lalu, mereka yang tidak setuju ini berkerja dan menulis tentang wali, mungkin tak memihak. Tapi... aku belajar idealis pada
mereka, aku belajar mana yang benar-mana yang salah. Tapi sekarang aku kecewa
ketika mereka tidak bisa lagi mengkritisi wali nanggroe, karena mereka sudah makan uang hasil karnibal tadi. Sama saja makan
darah
saudara sendiri gak sih ?? belakangan aku ikut mencicipi, yang penasaran dengan bau amis darah yang mereka bawa
pulang. Jadi untuk apa sekolah dibangun dan buku yang kita baca. Kalau ujung-ujung
kita bicara uang, mapan dan apa yaaa...
Penting gak sih kita lakukan semua sekarang ini, kenapa harus kritis dulunya
kenapa gak kerja mapan dari dulu tanpa harus memikirkan idealism segala. Kita butuh
uang kan? Mapan? Iya kan.
Koq, aku malah lebih setuju dengan orang yang benar-benar
melakukan hal yang kita benci. Kerja di outsourcing, merelakan pembangunan kota
agar terlaksana kapitalis, bioskop dibangun, dan membenarkan sedikit kekacauan
dalam negara bagian dari rantai keseimbangan kesejahteraan. Dan semuanya agar kota kita hilang
identitas sekalian dari pada identitas miskin melekat, agar akidah kita yang
mulia tetap ada.
Setidaknya ekonomi maju, kemiskinan ditunda, kebodohan
sirna dan orang-orang tak usah ditakuti hilang iman. Jika pemerintah cerdas,
rakyatnya juga dong. Bukan
membatasi segala kegiatan, tapi bangun benteng iman berawal dari hati kalian
yang merasa lebih pintar dan merasa benar.
Lalu apa yang bisa aku lakukan untuk membenarkan
kritikanku ini pada mereka. Biarkan saja berjalan. Tidak protes pada miss world,
yang menyumbang kestabilan ekonomi Indonesia lega. Toh aku tak melakukan
apa-apa untuk para miskin ini. Padahal aku bisa buat apa saja buat mereka. Tak tau
cara dan memang aku sedang apatis. Tapi kalau biarkan wali nanggroe nanti
dulu.. tidak , aku tidak setuju.
Trus wali nanggroe, memang begitu fenomena dunia
sekarang ini. Kegitan ini bagian dari setting penguasa dunia rasaku, yang tak
banyak tau ini. Memang ada masanya konsep menguasai wilayah/Negara selalu
berubah di setiap abad. Mungkin kita sedang menuju konsep baru dan meninggalkan
sebutan konsep negara. Dengan latar belakang kedok di sana-sini yang menjadi
misi. Generasi kita jangan mau digiring kedalamnya. Yaah hidup ini harus punya
prinsip. Itu saja rasaku cukup. Iman? Itu juga prinsip. Perlu tuh. Agar kita
tak seperti hasan tiro yang sok memerdekakan Aceh, tapi dia akhirnya jadi Amat
Ramanyang yang durhaka pada Ibu pertiwinya. Dia juga gagal menolak Indonesia.
dan... setengah kemudian aku menulis ini, Presiden SBY juga menolak wali dengan tidak mau mengukuhkan si apa Malek.
http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6645197994705350735#editor/target=post;postID=2812056373550985765;onPublishedMenu=allposts;onClosedMenu=allposts;postNum=0;src=link
Ada lagi genk rivalnya wali memanfaatkan mahasiswa untuk cari muka. Bodohnya anak-anak jaman sekarang. kalaupun gak ngerti sejarah bisa ditanya sama yang lebih tau. Yang sialnya lagi, acara ini menggunakan nama kampus dengan kedok cendikia, padahal udah tamat dari kamus ntah kapan-kapan. Pas Onani aja pakai nama kampus buat acara.
Kamarin pas SPP di telap koruptor kampus, gak pernah nama cendikia muncul dipermukaan. Onani pakai tangan mahasiswa. kalian semua korban politik.
dan... setengah kemudian aku menulis ini, Presiden SBY juga menolak wali dengan tidak mau mengukuhkan si apa Malek.
http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6645197994705350735#editor/target=post;postID=2812056373550985765;onPublishedMenu=allposts;onClosedMenu=allposts;postNum=0;src=link
Ada lagi genk rivalnya wali memanfaatkan mahasiswa untuk cari muka. Bodohnya anak-anak jaman sekarang. kalaupun gak ngerti sejarah bisa ditanya sama yang lebih tau. Yang sialnya lagi, acara ini menggunakan nama kampus dengan kedok cendikia, padahal udah tamat dari kamus ntah kapan-kapan. Pas Onani aja pakai nama kampus buat acara.
Kamarin pas SPP di telap koruptor kampus, gak pernah nama cendikia muncul dipermukaan. Onani pakai tangan mahasiswa. kalian semua korban politik.
0 komentar:
Posting Komentar