Rabu, Maret 13

Menggali Kreatifitas di Kraftologie


Jika memiliki imajinasi kreatifitas, kain perca dan bahan bekaspun dapat menghasilkan uang. Kreatifitas adalah modal utama yang diperlukan untuk menghasilkan suatu barang yang akan dijual.

Riva Syamsuddin, ibu muda yang membuka Kraftologie untuk menjalankan usaha handmade (buatan tangan) . Toko ini disulap menjadi tempat yang menarik bayak orang untuk datang lagi ke rumah kraft miliknya tersebut.

Kerajinan tangan saat ini menjadi barang yang menarik dan sangat diminati dikalangan kaum ibu. Produk hasil buatan tangan ini memang menjadi trend untuk mempercantik rumah. Riva tidak mensia-siakan kesempatan untuk membantu para ibu belajar san membuka bisnis baru di rumah.

Fashion Camp di Kraftologie Lampriet, Banda Aceh
Bukan hanya menjual hasil kerajinan tangan, toko yang lumrah seperti rumah menjadi tempat usaha, juga dijadikan sebagai kelas untuk mengajarkan berbagai kerajinan tangan kepada kaum ibu dan anak-anak.

Sejak sembilan bulan lalu Riva membuka berbagai kelas kerajinan tangan. Kelas ini diikuti mulai dari anak-anak umur empat tahun sampai ibu-ibu rumah tangga. Setiap hari aja saja kelas yang dibuka untuk kaum perempuan. Namun setiap sabtu, kelas dibuka khusus untuk anak-anak.

Saat ditemui Rakyat Aceh, Riva sedang memantau anak-anak yang belajar membuat boneka dari kaus kaki. Terlihat 10 orang anak-anak sangat antusias memperhatikan cara membuat boneka. Riva dibantu oleh dua orang guru yang masih berstatus mahasiswa untuk mengajarkan murid ini.

“Setiap kelas yang dibuka akan ada gurunya sendiri, yang memang hobi kerajinan itu juga suka anak-anak,” kata Riva, pemilik kraftologie. Ia mengaku, saat ini kelas yang paling diminati adalah painting, melukis di atas baju t-shirt dan tas kanvas. Disini anak-anak akan diberi kesempatan untuk menciptakan sendiri jenis gambar yang diinginkan.

“kita biarkan anak-anak menggali kreatifitas yang ada dalam diri mereka,” jelasnya. Biaya untuk setiap kelas memang berbeda, dari Rp. 50 ribu hingga Rp. 300 ribu.

Selain itu, ada pula kelas yang unik untuk membuat anak terasa sedang bermain. Kelas Cupcake misalnya, anak akan dibiarkan untuk menghias bolu kecil dengan kreasi mereka. Setelah selesai bolu mungil tersebut akan dimakan lagi oleh muridnya. “Anak-anak akan dibebaskan untuk mengekplorasi earna dan yang penting mereka fun,” ungkap Riva.

Kraftologi layaknya rumah yang sangat nyaman, ada usaha, produksi dan training. Kraftologie adalah sebuah rumah kreatifitas, tempat anak-anak belajar kerajinan tangan. Berbagai kelas disediakan untuk menampung kreasi anak-anak.

Sementara kelas kerajinan untuk kaum seperti kelas merajut, sulam, kelas wiring untuk belajar membuat bros dari kawat yang dipadu dengan batu dan manik. Ada juga kelas perca dengan memanfaatkan kain perca menjadi suatu barang yang dapat dijahit menjadi sesuatu yang berguna.

Menurut Riva, banyak murid yang sudah belajar menjadikan hobi kerajinannya menjadi usaha. Mereka tidak bersusah payah untuk membeli bahan-bahan produknya, karena toko Kraftologie menjual perlengkapan dan kebutuhan hobi ini. Dari benang, manik hingga bahan untuk dompet yang sudah dibuat dalam satu paket.

Selain itu, Kraftologie juga menjual hasil buatan tangan dari berbagai kerajinan tangan seperti dompet dari kain perca, bros, selimut bayi hingga bedcover yang unik dengan harga yang terjangkau.

Selama ini publikasi yang dilakukan Riva sekedar dari mulut ke mulut. Namun ia terkadang mempublikasian informasi di Facebok dan twitter. Walaupun belum banyak warga Banda Aceh yang belum tau keberadaan toko ini, ia mengaku pemasukannya sudah mencapai target. Saat ini promosi dan penyebaran info yang paling aktif melalui group Blacberry.

Sesekali Riva mengadakan Tea Time, dimana ajang ‘ngumpul’ dan memberikan kesempatan mendapatkan diskon hari itu. Strategi marketing unik ini dilakukannya untuk mengajak pelanggan atau murid untuk reuni dan hanya sekedar ‘ngeteh’ bareng.

“Saya tidak begitu mementingkan omset, yang penting saya senang menjalani hobi saya ini,” aku Riva. Ia optimis usaha ini akan terus meningkat, karena prospeknya semakin bagus terlihat dari peminat kelas kerajinan dan penjualan produk.
Penjualan produk di toko ini banyak peningkatan, malah ia kekurangan barang karena banyaknya pesanan. Momen seperti lebaran, paling banyak penjualan untuk persediaan menyambut hari besar ini.

Tidak hanya usaha saja yang ia harap lebih berkembang, kelas untuk kerajinan juga akan lebih banyak yang tau agar orang bisa menikmati hobi yang lebih kreatif.

Kraftologi sering mengadakan pameran atau pelatihan pada acara-acara yang berhubungan dengan kerajinan. Ia pernah memberi pelatihan kertas daur ulang pada acara Dekranas.

Kedepan ia berharap, kelas kerajinannya akan lebih banyak anak yang ikut. Agar anak-anak lebih kreatif karena akan lebih banyak hal yang dapat dilakukan anak. Sehingga anak tidak hanya menunggu dari orang tua.

Dengan kreatitas seperti ini, anak akan lebih percaya diri dengan apa yang telah dihasilkan di kelas. Terkadang ia mendapat telfon dari ibu muridnya, karena nilai keterampilan anak meningkat di sekolah.

Riva mengaku, masih kewalahan mengelola kelas karena banyak juga murid meminta lagi kelas tambahan atau kelas kerajinan tangan yang belum pernah dibuat di Kraftologie. Bisnis dengan latar belakang hobi tersebut sangat dinikmati okeh Riva untuk mengisi waktu luangnya sebagai ibu rumah tangga.

Jumat, Maret 8

Silhouette



Aku masih terpaku di tempat saat kau meninggalkanku
Menunggu kau berpaling ke belakang
Namun punggungmu menjauh dalam fatamorgana
Meninggalkan jejak tapak sendalmu yang aku hafal ukurannya

Tak masalah bagiku, kau tak ingin menoleh
Aku tau akhirnya kau pergi
Menyeret serta asaku
Tetapi kau lupa membawa bayang-bayangmu

Jika aku mencoba membelakangi cahaya
Bukan berarti aku kesilauan
Aku hanya ingin menemukan bayanganku sendiri
Tetapi aku menemukan silhouette tubuhmu

Tolong kembali, kunjungi aku ini
Kalau bisa kau terbang menemuiku
Agar jejak sendalmu tak membekas ditanahku
Bawa serta bayang-bayangmu. Ia menghantuiku disini.

I loved you first, I loved you first




You are my sweetest downfall
I loved you first, I loved you first
Beneath the sheets of paper lies my truth
I have to go, I have to go
Your hair was long when we first met

Samson went back to bed
Not much hair left on his head
He ate a slice of wonder bread
And went right back to bed

And history books forgot about us
And the Bible didn't mention us
The Bible didn't mention us
Not even once

You are my sweetest downfall
I loved you first, I loved you first
Beneath the stars came falling on our heads
But there just told light, there just told light
Your hair was long when we first met

Samson came to my bed
Told me that my hair was red
He told me I was beautiful
And came into my bed

Oh, I cut his hair myself one night
A pair of dull scissors and the yellow light
And he told me that I'd done alright
And kissed me till the morning light, the morning light
And he kissed me till the morning light

Samson went back to bed
Not much hair left on his head
Ate a slice of wonderbread
And went right back to bed

Oh, we couldn't bring the columns down
Yeah, we couldn't destroy a single one
And history books forgot about us
And the Bible didn't mention us
Not even once

You are my sweetest downfall
I loved you first

Kamis, Maret 7

Kerkoft, Jembatan Sejarah Aceh


Museum diam yang bertabur nisan, sebuah pojokan tanah di tengah kota yang menjadi jembatan masa lalu, masa sekarang dan masa datang. Saksi yang menjadi bukti kehebatan pejuang Aceh saat melawan penjajah. Tentara Belanda yang mati pada masa perang Belanda ini disemayamkan di sini, Belanda menamakannya Kerkorf. Orang Aceh menyebutnya “Kerkoft Jrat Kafe”.

Sebanyak 2200 nama terpajang pada tembok gerbang, dibagi menurut tempat dimana tentara ini gugur. Gerbang tersebut berukir nama-nama tentara yang gugur di medan perang melawan masyarakat Aceh menjadi dokumentasi sejarah. Sejak tahun 1873 hingga 1942 adalah perang Belanda di Aceh yang memakan banyak  nyawa dan harta.

“No document, no histori,” ujar Drs. Rusdi Sufi, Sejarawan yang kini berkantor di dalam kawasan kerkort tersebut. Kerkoft merupakan jejak aktifitas pada masa lampau berupa benda termasuk dokumen yang menjadi bukti sejarah kepada dunia. Kerkoft ini kuburan militer tentara Belanda dan KNIL, kedua terbesar. Kuburan militer pertama berada di negara Belanda sendiri.

Dalam kitab Bustanul Salatin yang dikarang oleh Syaikh Nuruddin al Raniri, Kerkoft pada masa kejayaan Sultan Iskandar Muda digambarkan sebagai sebuah medan atau padang yang luas. Tempat Putro Phang, Istrinya melepaskan pandangan setiap ia berada di atas Gunongan.
Memasuki masa peperangan melawan Belanda, setiap meternya terdapat kuburan, padat, setiap ruang tanah digunakan untuk mengubur jasad warga asing yang meninggal saat perang Belanda terjadi.

Sejak awal ekspedisi  pertama tahun 1873 hingga 1874, tentara Perang Kerajaan Hindia Belanda  (KNIL) berdiam diri di Krueng Aceh. Selama 70 tahun, 1/3 tentara Belanda ini gugur di Aceh dikubur di sini.

Menurut Rusdi, tanah ini adalah sebuah kebun milik seorang yahudi yang tinggal di Aceh. Borhouwer adalah pemilik tanah yang menghibahkan menjadi kuburan tentara militer Belanda. Yang kemudian tempat ini kita kenal dengan Gampong Blower. Tepatnya di Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh.

Tidak semua tentara yang gugur sempat dikubur disini, terkadang kuburan mereka berada di wilayah Aceh lain dan tidak disemayamkan di Kerkoft. Namun nama mereka turut terpampang di senarai nama pada gerbang masuk. Saat perang masih berkecamuk, tidak ada nisan yang menyatakan nama atau tempat. Penanda kuburan hanya berupa nomor yang di tulis pada pelat kayu dan di pancang di atas kuburan.

Namun, teman-teman tentara yang masih hidup ini, mengumpulkan uang untuk membuat nisan yang layak, agar nama dan tempat dapat di cetak pada nisan-nisan tersebut. Terkadang pada satu nisan terdapat banyak nama dalam satu resimen atau kompi.

Tidak semua penghuni Kerkoft adalah tentara, ada yang berprofesi sebagai dokter, pastor dan pastinya pemilik tanah tersebut. Wanita dan anak-anak asing korban perang juga disemayamkan di sini. Bahkan penduduk asing yang meninggal karena berbagai macam penyakit juga mendiami Kerkoft. Seorang gubernur sipil Aceh asal Belanda, Mr. A Ph. Van Aken juga memiliki nisan di Kerkoft ini. Ia berjasa telah memugar Masjid Raya dengan menambah dua kubah pada mesjid raya Baiturrahman.

Namun, terdapat seorang pangeran muda Islam di dalam Kerkoft. Ia yang dieksekusi karena difitnah berzina, sehingga ayahnya menghukum mati dan menguburkan ia terasing dari keluarga. Podjoet Meurah Pupok adalah anak dari Sultan Iskandar Muda, raja yang berkuasa saat itu. Nisan Podjoet sangat berbeda dengan nisan penghuni lainnya. Nisan ini terbuat dari batu kapur yang berukir seperti layaknya orang islam pada masa itu. Sedangkan nisan lainnya terbuat dari semen dan marmer yang telah tersentuh modern.

Dari nama Podjoet lah, yang berarti pangeran muda, sebuah yayasan dibangun untuk memugar kerkoft menjadi museum peninggalan Belanda. Setelah lama perang mereda, tanggal 29 Januari 1976, seorang kolonel pensiunan tentara Belanda bernama Brendgen, berkunjung ke Aceh untuk melihat kondisi Aceh dan kuburan tersebut. Ia lah yang berinisiatif mendirikan sebuah yayasan untuk memugar dan membangun kembali Kerkoft agar dapat menjadi sebuah dokumen bersejarah. Yayasan Stichting Peutjut Found didirikan untuk menyerap dana dari negeri Belanda yang dibutuhkan untuk membangun dan merawat kuburan tersebut.

Brendgen juga yang berusaha memindahkan jasad J.H.R Kohler, jendral yang mati di tembak di depan Masjid Raya. Pada tahun 1978 jasad Kohler yang semula berada di Batavia (kini Jakarta), setelah 105 tahun dipindahkan agar berkumpul dengan para tentaranya di Aceh. Atas permintaan masyarakat Aceh, kuburan ini dikuburkan di Peutjut Kerkoft dengan upacara militer saat itu. Permintaan masyarakat ini untuk membalas kebaikan pemerintah Belanda yang telah membangun dan merawat kuburan Abdul Hamid yang bertugas sebagai Duta Aceh di Belanda pada tahun 1602.

Semasa Jepang menduduki Aceh, banyak nisan di Kerkoft yang dihancurkan oleh orang tak dikenal. Nisan petinggi yang memiliki gelar khusus terdapat Patung dada atau patung wajah di tembok nisan, hilang. Sebuah patung dada yang terbuat dari perunggu juga raib. Seperti milik seorang tentara KNIL, Letnan H. M. Vis adalah tentara muda yang berbakat dan mendapat penghargaan dari Raja William. Raja Belanda saat itu memberi penghargaan dengan membuatkan ia patung dada dengan wajah  Vis. Kini hanya tersisa pilar dan dokumen pada nisan itu.

Sebelumnya Kerkoft juga pernah dipugar oleh gubernur Aceh Abdullah Muzakir Walad (1967-1978). Hingga kini, pemerintah Aceh mendapat bantuan dana setiap tahun untuk memugar dan mengurus Kerkoft. Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota setiap tahun mengecat dan bertanggung jawab merawat Kerkoft tersebut.

Yayasan juga mencetak buku panduan Kerkoft berdasarkan sejarah yang diterjemahkan dalam tiga bahasa yaitu bahasa Belanda, Inggris dan Indonesia. Buku panduan ini biasanya dijual untuk wisatawan.

“Yayasan  Stichting Peutjut Found sekarang kekurangan dana. Karena orang Belanda yang perduli tentang sejarah sudah tidak ada lagi,” aku Rusdi. Menurutnya generasi muda di Belanda menilai, tidak terlalu penting mengurus kuburan di negri orang.

Sebagai salah satu perwakilan dari Yayasan Stichting Peutjut Found yang berada di Aceh, ia masih peduli akan sejarah. Sebagai dosen sejarah dan dosen bahasa Belanda, ia menganggap dokumentasi yang ada pada kuburan dan gerbang kerkoft penting untuk memperlihatkan kepada dunia, bahwa bangsa Aceh pernah menumpaskan penjajahan di tanahnya. “Walaupun Aceh sempat dikuasai tetapi tidak pernah ditaklukkan,” katanya.

Rusdi berinisiatif untuk meminta kepada Depan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) agar menganggarkan dana pemugaran Kerkoft. Sehingga peninggalan sejarah ini menjadi tanggung jawab Pemerintah Aceh. “Kerkoft merupakan aset pariwisata yang harus dikembangkan dan dijaga,” ungkapnya. Ia mengatakan, DPRA telah memberi respon yang baik dan bersedia untuk membantu perawatan kuburan militer Belanda ini.
**