Sabtu, Agustus 31

Jiwa Yang Pergi

Aku tak ada lagi. Jiwa ini telah mati suri menunggu keajaibqn untuk dihidupkan kembali dengan ciuman seorang perjaka yang tak perlu bergelar pangeran. Tatapi hati nya serupa itu.

Aku tak ada lagi. Jiwa ku pergi saat otakku pecah dengan masalah yang tak dapat kubendung lagi. Isinya jatuh bak ir terjun yang terhujam bersama jiwaku. 

Tubuhku hanya rangka yang berjuang tanpa jiwa melalang kemana saja ganpa tujuan. Tak ada tempat di dunia lagi yang membuat nyaman. Semua menghakimi. Menghina. Kadang mencerca.  

Lamat lamat kupandangi langit menunggu cahaya agar asaku tak pudar oleh kelam nya malam. Namun hanya petir yang datang menyambar sisa hidupku yang tak berarti ini. 

Namun saat rintik jayuh membasahi tubuh ini. Perlahan ada kehangatan dalam dinginnya malam bermandi iar hujan. Sadarku terpaku. Bukan cahaya yang aku butuhkan, hanya air pelepas dahaga, hanya iar yang menyucikan. Sungguh benar orang berkata, tuhan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Sebentar saja jiwa ku terasa hangat, syaraf mengantarkan pesan agar senyum mengambang. Ya jiwaku telah kembali. 



0 komentar:

Posting Komentar