Kamis, September 12

Relawan dadakan

Kami sekumpulan anak kuliah yang lagi libur lantaran baru selesai final. Wartawan yang sedang malas liputan karena isu lagi kurang. Punya hobi jalan-jalan dan keluyuran. Saat gempa di Gayo Juli lalu kami berencana ingin jadi relawan di sana. 

Awalnya bingung mau menawarkan jasa apa. Trus seorang teman mengusulkan untuk mengajar anak-anak hearing untuk korban gempa di pengungsian. 

Kami dari komunitas foto dan menulis sepakat untuk mengajarkan anak-anak foto dan menulis. Tapi rasanya tak cukup. Anak-anak korban gempa ini juga butuh psikososial untuk trauma hearing. Sekedar belajar dan memainkan games untuk mengisi bulan puasa. 

Mulailah membuat nama Care Anak Gayo biar mudah pubilkasi. Seorang teman membuat poster galang dana dan publikasi lewat facebook dan twitter. Ketua Aliansi Jurnalis Banda Aceh, bang Mukhtar juga turun tangan mencari bantuan dari dinas pendidikan. Kami dapat satu dua besar Al quran. Alhamdulillah. 

Mulai mengumpulkan relawan lain yang punya sedikit ilmu untuk mengajar sesuai kemampuan mereka. Media sosial aku pikir paling efektif mengajak relawan untuk menjadi guru. Setelah beberapa orang bersedia ikut ke Gayo, kami juga butuh alat pendukung untuk mengajar. 

Semua orang yang kami kenal, dimintai bantu untuk menyumbang buku dari mereka atau ke teman-teman mereka yang lain. Sementara aku meminta bantuan alat tulis dari kantor ku bekerja, LSM Beujroh. Lumayan dapat tiga kardus alat tulis, buku anak dan beberapa mainan edukasi. Bahkan aku meminta bantuan pada LSM tempat aku dulu bekerja, Flora Fauna Internasional. Mereka bersedia menyumbang iqra' untuk media mengaji dan buku tulis yang akan dibagikan ke setiap anak untuk persiapan masuk sekolah nanti. 

Berangkatlah kami pada puasa ke dua, dengan menggunakan mobil avanza yang dipinjamkan mamak ku dari temannya. Sementara barang-barang didalam kardus kami titip pada truck relawan lain. Mereka anak mapala yang ingin membawa barang dan akan membangun mushala di Gayo. 

Rata-rata relawan ini yang mendaftar di twitter yang aku mention ke @iloveaceh. Diah, Moli tidak kukenal sama sekali. Nurul wartawan di theglobe journal.com minta ikut dan akan mengirim berita dari lokasi pengungsian. Naldi seorang fotografer yang baru bergabung di komunitas kami Aceh Nature Community. Selebihnya Aula dan Liza anggota komunitas Forum Lingkar Pena. 
Sesampai di Bireun Dhara bergabung dan dia berencaan akan mengajarkan video untuk anak-anak korban gempa di sana. Sementara para fotografer akan menyusul ksetelah tim pertama ini pulang. 

Kami berangkat dengan harapan anak-anak punya kegitan rutin dengan belajar selama kami berada di sana. Rencana kami akan menetap selama dua minggu jika memungkinkan. 

0 komentar:

Posting Komentar