Mamalia besar ini baru saja melahirkan
seorang bayi betina bernama Rosa atau Sarah 18 September 2012 lalu. Berbondong-bondong para wartawan dan
fotografer datang untuk meliput bayi comel ini. Setelah aksi publikasi
tersebut, ramai wisatawan melihat keunikan alam dan potensi wisata tracking gajah.
Camp gajah milik Conservation Respons Unit
(CRU) ini menjadi tempat destinasi wisata tracking
gajah menjadi ramai. Wisatawan akan berjalan-jalan menyusuri hutan dan sungai
dengan menggunakan tiga ekor gajah. Yang dapat membawa 6 orang. Gajah ini dilengkapi pelana untuk dua
orang yang dipandu oleh pawang disebut Mahot (Pawang).
Wisatawan yang biasanya datang dari Kota
Banda Aceh akan menghabiskan waktu setidaknya dua hari untuk berlibur ke CRU
yang terletak di desa Sarah Deu, Kecamatan Ligan. Kabupaten Aceh Jaya.
Selain tracking, wisatawan akan ikut memandikan gajah, hewan yang suka air
tersebut. Saat pagi dan sore hari keenam gajah milik BKSDA ini,dimandikan di
sungai tepat dibelakang Camp CRU.
Wisata gajah tersebut dapat menjadi
wisata pendidikan bagi siswa sekolah untuk lebih mengenal hewan mamalia
tersebut. Melihat tingkah gajah yang melakukan latihan dan bermain air besama
gajah-gajah disini.
Jika memiliki waktu luang, wisatawan
akan diajak mengunjungi air terjun yang berjarak kira-kira 1 kilometer dari camp dengan cara tracking pula. Anda akan merasakan sejuknya tinggal di perbatasan hutan sambil menikmati
kicauan burung yang menjadi habitat di sekitar cam gajah ini.
Saat malam, wisatawan akan menikmati
suasana sunyi dan nyaman di perbatasan antara desa dan hutan lindung. Mereka akan disuguhkan dengan ikan hasil
tangkapan masyarakat setempat. Keurling, Ikan khas daerah tersebut menjadi menu
khas yang dimasak menjadi asam keueng.
Setahun lebih
dua hari setelah Rosa lahir. Kini camp CRU tidak lagi beroperasi bersama gajah.
Hanya Ranger, sebagai pawing hutan yang tinggal di sana. Akibat kematian seekor
gajah liar solitare akibat diracun warga. Ranger dan warga berkonflik. Seperti pemberitaan
media, gajah jantan liar tesebut mati akibat diracun. Gajah ini adalah ayah
dari Rosa, gajah kecil. Ia sering turun ke camp CRU dan kebun warga. Terakhir gajah
ini merusak perkebunan sawit yang berada diatas camp tersebut. Namun bukan itu
yang menyebabkan gajah ini diracun. Gading gajah ini telah mengakibatkan
konflik antara yang manusia yang menyebabkan camp CRU kini ak ada lagi. Masyarakat setempat lebih membela oknum
yang membunuh dan menjual gading. Sehingga mereka memusuhi Ranger dan penghuni
CRU.
Tak ada lagi
wisatawan yang datang mermain dengan gajah, tak ada lagi edukasi untuk anak
sekolah tentang gaah di sana. Warga setempat meresa benar dengan tingkahlakunya
dengan membunuh hewan yang hampir punah ini, dengan kedok sepempitan ekonomi.
Komunitas pun
sibuk mencari dukungan untuk mengecam perbuatan warga, hingga melapor ke
presiden melalui social media. Namun tidak ada kelanjutan untuk criminal yang
dilakukan warga, tersiar gosip dari mulut warga yang lain aparat ada main dalam penjualan gading tersebut. Akhirnya mereka mengumpulkan dana untuk gajah yang kini berada di
PLG Sare, Aceh Besar.
0 komentar:
Posting Komentar