Sabtu, September 7

Buta warna

Padu padan warna tidaklah penting bagiku. Kecocokan warna saat berpakaian hanya membuat pusing bagi aku yang kekeurangan baju. Apalagi harus milih celana atau rok dan jelbab. 
Kawan-kawan sering protes kalau baju dan lainnya gak cocok warna. Alias belang. Celana biru, kemeja kotak kotak rujuh rupa warna, sementara jelbab apa warna yang enak dipandang mata. 
Trus harus ya tas kuning, sepatu kuning, jelbab kuning dan baju bisa apa aja. Mesti ? Sebagai orang yang susah aku gak mungkin memenuhi keinginan sosial hanya karena tidak dipandang aneh.
Kalau prilaku udah aneh. Ya jangan pakaian juga. Kata kawanku. 
Trus apa yang bisa diharapkan dari ketidak-anehan itu? Orang akan respect sama kamu atau baju kamu ?
Untuk tingkatan statuskah di sosial kan. Tau aku.
Aku merasa gak penting punya status sosial diantara sosial yang korban fashion. Hanya untuk menyetarakan status sosial harus beli baju setiap keluaran baru. Aku jelas tak mampu. 
Liat lah hati. Mungkin akan lebih mengenal seseorang lewat budinya. Jangan nilai pakaiannya. Kalau ada cewek fashionable dan baik hati boleh lah. Tapi dia juga harus peduli sekitar. 
Daripada nilai cewek dari pakaiannya mending nilai dari bacaan, tontonan dan musik nya kali ya. Yang penting isi dari media sosialnya. Plus gadget apa sih yang dipakek. Hehehe... Lebih keliatan smartnya dong. 
Yak kita harus belajar dari orang buta. Mengenal budi dari pada apa yang terlihat oleh mata. Absurt tau. 

0 komentar:

Posting Komentar