Sebanyak 158 penderita Thalassemia
yang mengidap anak-anak yang sudah terdata oleh komunitas darah untuk Aceh.
Sekitar 70 anak telah menerima transfusi darah dari komunitas darah ini di
seluruh Aceh. Melalui sosial media
twitter, komunitas ini mencari pendonor yang ingin menyumbangkan darah mereka
melalui jejaring sosial.
Thlassemia adalah kelainan darah
yang bersifat menurun (genetik), dimana penderita mengalami ketidak seimbangan
dalam memproduksi hemoglobin (hb) dalam darah. Penderita tidak mampu
memproduksikan protein dalam jumlah yang cukup, sehingga sel darah merah tidak
terbentuk dengan sempurna. Jika penderita sudah mengalami Thalassemia parah,
oksigen dalam hemoglobin akan berkurang sehingga jantung akan berkerja lebih
keras. Selain itu, sel darah merah cepat rusak sehingga senantiasa membutuhkan
suplai darah dari luar melali transfusi.
Thalassemia yang sudah parah
(mayor) membutuhkan transfusi darah seumur hidup, setidaknya penderita
menjalani transfusi darah setiap 2-3 minggu sekali untuk memperpanjang hidup
mereka. Seperti yang dilansirkan blog
doktersehat.
Gejala Thalassemia ringan (minor)
yang sangat sama dengan gejala animea, seperti lesu, kurang nafsu makan, sering
terkena infeksi. Sedangkan gejala bagi penderita parah adalah perut buncit karena hati dan limpa membengkak
akibat kelebihan zat besi saat transfusi darah yang berulangkali.
Nurjannah Husien, pendiri
komunitas Darah Untuk Aceh kini sedang giat mencari donor yang dapat memberi
sumbangan darah secara rutin untuk penderita Thalassemia di Aceh. Melalui
sosial media Twitter, ia sudah mengumpulkan para pendonor dari berbagai
komunitas.
Menurut Nurjannah, sudah 200
orang pengguna twitter sudah mendonorkan darah mereka untuk Thalassemia.
Pendonor darah yang kebanyakan adalah pendonor pemula ini yang berumur 18 tahun
keatas. Kebanyakan diantara mereka adalah mahasiswa yang tergabung dalam berbagai
macam komunitas yang ada di Banda Aceh.
“Kita ingin mahasiswa di Aceh
menjadi pionir untuk menginspirasikan kepada mahasiswa di luar Aceh agar
pendonor Thalassemia ini bisa menasional.” Harap kak Nur. Kini sudah muncul
juga peduli Thalassemia dengan menggunakan twitter di luar aceh, seperti Jogja
dan Lampung yang juga menggunakan logo Darah untuk Aceh yang selalu terhubung
di twitter kapan saja.
Dalam waktu dekat komunitas darah
untuk aceh ini akan mengadakan kampanye ke posyandu-posyandu yang ada di
kabupaten untuk mensosialisasikan dan mendeteksi dini. Ibu muda juga perlu
adanya diagnosa penyakit ini lebih awal agar mengetahui penyakit bawaan
tersebut.
Kini rumah sakit umum Zainal
Abidin sudah menyediakan Sentra Thalassemia untuk penderita yang membutuhkan
rawat inap dan transfusi darah. Sejak tanggal 18 September 2012 penanganan Thalassemia
sudah dipindahkan dari ruang inap anak rumah sakit tersebut.
Komunitas akan dirangkul untuk
memberikan semacam kegiatan yang dapat mengisi waktu kepada anak-anak penderita
Thalassemia, di rumah kedua mereka Sentra ini. Menurut kak Nu, hal ini
bertujuan untuk dapat menghibur dan memberikan perhatian kepada mereka.
“Kebetulan penderita banyak
sekali dari Pidie dan Pidie jaya.” Terang kak Nu. Beliau sempat menangis
mengenang seorang anak yang berasal dari Pidie Jaya, Miksalmina yang masih
berumur 10 tahun meninggal dunia pada malam lebaran. Abang dari miksalmina juga
menderita Thalassemia ini yang sudah berumur 11 tahun.
Sangat disayangkan kejadian ini,
karena rata-rata pasien dibawa ke rumah sakit pada saat sudah parah yaitu Hb 1
atau 3. Seharusnya Hb 10 pasien sudah dapat di bawakan langsung untuk mendapat
penanganan pihak rumah sakit.
Namun kendala komunitas darah
saat ini adalah belum cukup pendonor untuk mencukupi kebutuhan darah untuk 158
anak. Seharusnya setiap anak mendapat 10 orang pendonor agar selalu mendapat
transfusi darah yang cukup.
Komunitas darah ini sedang membuat
program “10 for 1 Thallers”, yaitu program 10 orang tua angkat untuk setiap
penderita. Mari kita bertanya pada diri kita, apakah kita mau menyumbang darah
untuk hidup 1 anak Thalassemia?
0 komentar:
Posting Komentar