Senin, Oktober 29

Darah Untuk Anak Thalassemia


Sebanyak 158 penderita Thalassemia yang mengidap anak-anak yang sudah terdata oleh komunitas darah untuk Aceh. Sekitar 70 anak telah menerima transfusi darah dari komunitas darah ini di seluruh Aceh.  Melalui sosial media twitter, komunitas ini mencari pendonor yang ingin menyumbangkan darah mereka melalui jejaring sosial.

Thlassemia adalah kelainan darah yang bersifat menurun (genetik), dimana penderita mengalami ketidak seimbangan dalam memproduksi hemoglobin (hb) dalam darah. Penderita tidak mampu memproduksikan protein dalam jumlah yang cukup, sehingga sel darah merah tidak terbentuk dengan sempurna. Jika penderita sudah mengalami Thalassemia parah, oksigen dalam hemoglobin akan berkurang sehingga jantung akan berkerja lebih keras. Selain itu, sel darah merah cepat rusak sehingga senantiasa membutuhkan suplai darah dari luar melali transfusi.

Thalassemia yang sudah parah (mayor) membutuhkan transfusi darah seumur hidup, setidaknya penderita menjalani transfusi darah setiap 2-3 minggu sekali untuk memperpanjang hidup mereka. Seperti yang dilansirkan  blog doktersehat.
Gejala Thalassemia ringan (minor) yang sangat sama dengan gejala animea, seperti lesu, kurang nafsu makan, sering terkena infeksi. Sedangkan gejala bagi penderita parah adalah  perut buncit karena hati dan limpa membengkak akibat kelebihan zat besi saat transfusi darah yang berulangkali.

Nurjannah Husien, pendiri komunitas Darah Untuk Aceh kini sedang giat mencari donor yang dapat memberi sumbangan darah secara rutin untuk penderita Thalassemia di Aceh. Melalui sosial media Twitter, ia sudah mengumpulkan para pendonor dari berbagai komunitas.

Menurut Nurjannah, sudah 200 orang pengguna twitter sudah mendonorkan darah mereka untuk Thalassemia. Pendonor darah yang kebanyakan adalah pendonor pemula ini yang berumur 18 tahun keatas. Kebanyakan diantara mereka adalah mahasiswa yang tergabung dalam berbagai macam komunitas yang ada di Banda Aceh.

“Kita ingin mahasiswa di Aceh menjadi pionir untuk menginspirasikan kepada mahasiswa di luar Aceh agar pendonor Thalassemia ini bisa menasional.” Harap kak Nur. Kini sudah muncul juga peduli Thalassemia dengan menggunakan twitter di luar aceh, seperti Jogja dan Lampung yang juga menggunakan logo Darah untuk Aceh yang selalu terhubung di twitter kapan saja.

Dalam waktu dekat komunitas darah untuk aceh ini akan mengadakan kampanye ke posyandu-posyandu yang ada di kabupaten untuk mensosialisasikan dan mendeteksi dini. Ibu muda juga perlu adanya diagnosa penyakit ini lebih awal agar mengetahui penyakit bawaan tersebut.

Kini rumah sakit umum Zainal Abidin sudah menyediakan Sentra Thalassemia untuk penderita yang membutuhkan rawat inap dan transfusi darah. Sejak tanggal 18 September 2012 penanganan Thalassemia sudah dipindahkan dari ruang inap anak rumah sakit tersebut.

Komunitas akan dirangkul untuk memberikan semacam kegiatan yang dapat mengisi waktu kepada anak-anak penderita Thalassemia, di rumah kedua mereka Sentra ini. Menurut kak Nu, hal ini bertujuan untuk dapat menghibur dan memberikan perhatian kepada mereka.

“Kebetulan penderita banyak sekali dari Pidie dan Pidie jaya.” Terang kak Nu. Beliau sempat menangis mengenang seorang anak yang berasal dari Pidie Jaya, Miksalmina yang masih berumur 10 tahun meninggal dunia pada malam lebaran. Abang dari miksalmina juga menderita Thalassemia ini yang sudah berumur 11 tahun.

Sangat disayangkan kejadian ini, karena rata-rata pasien dibawa ke rumah sakit pada saat sudah parah yaitu Hb 1 atau 3. Seharusnya Hb 10 pasien sudah dapat di bawakan langsung untuk mendapat penanganan pihak rumah sakit.

Namun kendala komunitas darah saat ini adalah belum cukup pendonor untuk mencukupi kebutuhan darah untuk 158 anak. Seharusnya setiap anak mendapat 10 orang pendonor agar selalu mendapat transfusi darah yang cukup.

Komunitas darah ini sedang membuat program “10 for 1 Thallers”, yaitu program 10 orang tua angkat untuk setiap penderita. Mari kita bertanya pada diri kita, apakah kita mau menyumbang darah untuk hidup 1 anak Thalassemia?

0 komentar:

Posting Komentar