Sabtu, Oktober 27

Energy


Berjalan dengan ibu menyusurin pantai, dari jembatan terlihat turbin-turbin raksasa, kipas yang mencakar langit. Tingginya 120 meter dilengkapi denga kipas yang jari-jarinya setengah dari tiangnya. Turbin yang dibangun denngan serat kaca dan tembaga. Berada pinggiran pantai menuju laweung. Pusat pembangkit listrik tenaga angin. Disinilah aku berkerja nanti. Cukup lelah untuk pulang setiap hari kerumah, memakan waktu 1 jam dengan mobil, untung bisa melewati bukit ilalang merupakan jalan alternatif dari lap Krueng Raya  ke pusat kota.
Belum terlalu banyak kipas raksasa ini bisa memasok energy untuk keperluan Negara kami. Tapi cukup untuk energi  pengganti bahan bakar fosil yang dihasilkan PT. Arun. Angin cukup banyak dipantai ini untuk membuat turbin selalu berputar. Turbin inilah yang membuat kotaku mencukupi kebutuhan listrik. Kami tidak perlu memperebutkan BBM fosil dunia untuk keperluan energi. Turbin ini paling ampuh untuk mengurangi emisi carbon yang sudah sangat bahaya dari bahan bakar fosil yang mengancam atmosfer. Minyak bumi  tak lagi membantu perekonomian Negara yang sudah menimbulkan perang karenanya. Negaraku cukup bijak mengambil langkah beralih ke energi angin secara perlahan  dan negara bisa menghemat pembelian BBM dengan angin yang gratis oleh Tuhan, sehingga menggurangi pajak negara.
Garis pantai yang luas dan datar yang menganugerahkan banyak angin membuat kota Angin ini selalu menghasilkan angin kencang. Kaju merupakan kawasan yang dulunya pemukiman yang kini menjadi pantai akibat sapuan bencana Tsunami tahun 2006.
 Angin merupakan energi murah dan sangat ramah lingkungan. ”Tak satu makhluk hidup mengeluh karenanya” kata seorang pakar angin yang pernah kubaca dalam jurnal kuliahku. Disinilah aku berdiri sekarang, kota Angin yang mengubah angin menjadi energi tanpa ada dampak lingkungan. Kota impian ibu sewaktu muda.
Meninggalkan pantai Angin kami melaju ke Darussalam kota pelajar. Menyusuri sungai Aceh dengan pantaran sungai seperti hutan yang menjaga ekosistem sungai. Beberapa orang berjogging di pantaran ini yang diselimutin pohon besar. Banyak burung pastinya tinggal disana. Kami memutuskan untuk berhenti dan duduk sebentar di taman tepi sungai untuk menikmati udara sejuk. Dengan luas pantaran sungai hanya 200 meter ini sudah memiliki iklim tersendiri, ada banyak lumut disini. Bioma ini yang membuat udara sejuk karna kelempannya terjaga. Memandangi sungai yang jernih seperti sungai dihutan saja. Kalau kita berada diseberang sungai pemandangan pegunungan lebih indah. Disini juga tempat bisnis tanaman, mereka menyewa untuk menjual tanaman hias dan tanaman buah. Menjadi tempat paling asik buat cuci mata melihat berbagai macam bunga dan jenis tanaman. Bahkan mahasiswa pertanian menjual hasil penelitiannya kesini.
kamipun bergerak ke Samahani, berkunjung ke kebun jagung ayah. beliau telah menunggu kami dengan traktornya untuk berkeliling. Wowww…aku baru tau kalau ayah ternyata  petani kaya. Jagung ditanami diatas tanas seluas 5 Hektare. Pantas ayah tidak ingin aku mengambil beasiswa S2, rupanya ayah cukup uang untuk menyekolahkan ku keluar negri.
Dua bulan lagi jagung ini akan panen, saatnya ayah sibuk mendistribusikan biji jagung ke melaboh pusat industri biodiesel. Tempat pengolahan jagung menjadi bahan kabar khusus kenderaan. Penasaran aku ingin ke pusat industri ini. mungkin aku masih punya waktu untuk berwisata ke Meulaboh sambil menunggu penugasanku di kota Angin.
Kunikmati waktu luangku dengan mengunjungi sanak saudara, aku sempatkan diri ke bukit ilalang. Banyak berubah ternyata. Jalan menuju ke bukit sudah ramai, jalan ini sudah sepenuhnya digunakan masyarakat, karna banyak sawah sudah menjadi pemukiman disini. Apa mereka sudah tidak mengkonsumsi beras lagi? Blang Bintang  kini menjadi perkotaan karna bandara internasional ini menjadi tempat transit bagi orang asing. Bahkan mereka sering tinggal beberapa hari untuk menikmati desa-desa di sekitaran bandara yang kini sudahmenjadi desa kunjungan wisata. Kata ibu mereka cukup  senang bisa main layangan atau hanya mengejar-ngejar bebek disawah. Desa dipedalaman yang masih dilestarikan oleh pemerintah, khususnya istri walikota.
Saatnya ke Meulaboh, Fika sudah menungguku di bandara. Teman kuliah yang cepat dapat panggilan kerja. Aku disambut kehangatan keluarganya. Fika sudah menikah dan meiliki seorang anak dan sekarang proses yang kedua. Suaminya salah satu pemilik saham di pabrik biodiesel. Pantas lansung dapat kerja si Fika, pabrik aja punya suami.
Hari ini Fika bolos kerja hanya karna ingin membawaku keliling lap dan pabrik. Dulunya pabrik ini mengolah sawit, karna para pengusaha sudah sadar lingkungan makanya mereka beralih ke tanaman yang lebih bermanfaat. Karna negara kami memang dasarnya dari lahan pertanian, yang sempat diubah menjadi kebun kelapa sawit walaupun banyak tentangan dari semua pihak. Tapi kini lahan pertanian cukup untuk memproduksi kebutuhan bahan bakar kenderaan Negara kami. Bahkan di ekspor keluar negri.
Dan saatnya melihat lap Fika. Kerja Fika hanya memastikan konsentratnya pas untuk bahan bakar. Jadi ini kerja yang dilakukan dari kuliah di luar negri. Dasar ibu hamil.
Mungkin setelah bayinya lahir baru dia ditugaskan untuk merancang bahan bakar cair yang lebih inovatif. Dengan membuat organisme yang dapat mencerna selulosa kayu untuk menghasilkan bahan bakar cair. Sisa dari batang tanaman yang telah dipanen. Biasanya sisa batang tanaman itu hanya menghasilkan serat pakaian, kini Fika membuatnya lebih bermanfaat.
Kami beralih ke pabrik pengolahan. Hmmm… good smell. Bau yang membuat lapar, semacam sedang di restoran franchise ayam yang membangunkan saraf lapar. Bau minyak nabati yang akan segera diproses untuk menjadi bahan bakar.
Bahkan  hampir 70% kedaraan menggunakan “biodiesel” di negara kami, minyak nabati yang diolah menjadi bahan bakar agar manusia tak lagi mengebor bumi untuk menambang minyak dan batu bara, Karna pertambangan dari dulu mengundang banyak tentangan masyarakat.sekitar tahun 2000-2010 salah satu kegiatan mahasiswa adalah mendemo perusahaan tambang dan pemerintah, meminta agar ditutup perusahaan dan dicabut izin penambangan. Mereka memperjuangkan Negara kami tetap hijau. Menjaga hutan dari kerusahan agar tidak ada carbon dioksida yang merusak molekul-molekul ozon yang semakin menipis. Tapi pengusaha tidak perduli. Mereka berlomba utnuk mengejar kebutuhan pasar.
 Walaupun begitu generasi  kami terus berusaha mencari alternatif energi di dunia ini. inilah salah satu cara menjaga keberlansungan bumi kita, apalagi yang kita lakukan selain menciptakan masa depan impian orang tua kita yang ketakutan akan habis nya minyak bumi. Aku tak akan membuat mimpi buruk ibu terulang kembali, mengantri minyak tanah untuk kebutuhan rumah tangga dan bensin untuk kenderaan. Karena persediaan berkurang dan harga melambung akibat perang. Perang yang memang diciptakan untuk mengusai ladang minyak. Perang ini akan melibatkan dan merugikan seluruh penduduk dunia.
Energi alternatif jawabnya. Walaupun demikian walikota sedang mempersiapkan ladang untuk membangun energi matahari agar alternatif pasokan bahan bakar selalu ada. Tanpa harus membahayakan penduduk dan lebih hemat dari segi financial. Beliau tidak setuju dengan energi  nuclear dan fusi. kedua Energi masa depan ini yang menghasilkan radio aktif yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup. Karena Negara Jerman dan Jepang telah membuktikan energy nuclear bahaya. Energy yng dapat diperbaharui lebih aman walaupun dengan jumlah produksi sedikit. Lebih aman dan itulah budaya negara  kami. Bercocok tanam. Dan menikmati dan mensyukuri pemberian Tuhan seperti angin dan matahari. Dengan energi ini kita tetap hidup.

Duniaku untuk bumi
5 juni 2011, adalah hari pertama aku berada di lap kimia milik kota Angin. Sangat canggih dan lengkap semua ke butuhan dan alat penelitianku. Lap bawah tanah seluas satu hektar cukup untuk bereksperimen dengan lima orang asisten dan dua orang peneliti dari Jerman dan Jepang. Inilah duniaku hydrogen.
Energi angin ini akan kami kembangkan untuk menjadi listrik yang akan diproses untuk kebutuhan rumah tangga bahkan untuk kompor. Dengan bantuan listrik yang selama ini dihasilkan oleh turbin angin secara electrolis akan menghasilkan hidrogen. Nah inilah zat yang selama ini aku lahap dijerman. Nah Kyo, bulek Jepang itu berpengalaman meneliti hidrogen ini dengan nuclear. Sedangkan Daniel bos kami sorang pakar energi. Entah kapan penelitian ini berakhir. Jika kami lolos tahap pertama semua peneliti bidang anergi akan mencoba temuan kami. Semoga. Aku yakin, ibu sedang berdoa agar aku cepat selesai dengan semua ini.
Menciptakan bahan bakar dengan tehnologi konvensional, yang akan mengubah hidrogen ini menjadi energi kinetik ataupun mekanik melalui pembakaran. Dengan harapan bisa menjadi bahan bakar nol emisi. memproduksi Hidrogen yang hasilkan energy bebas carbon dioksida. Strategi kami adalah melakukan penyimpanan carbon dioksida ini kedalam tanah. Strategi yang selama ini hanya diandai-andaikan oleh pakar energi dunia, yang akan segera kami teliti.
Ibu sering mengkhawatirkanku, pekerjaan seperti apa yang bisa kulakukan selain berbulan-bulan di dalam lap bawah tanah itu. Padahal aku lebih bermamfaat bagi masyarakat. Aku bisa bekerja dengan dinas kebersihan di TPA untuk membangun gardu listrik dengan bahan metana dari sampah yang membusuk didalam tanah. Atau membangun energy cadangan untuk pengusaha kilang padi yang menghasilkan listrik dari pembakaran sekam.
Bagaimanapun, kami mencari strategi baru untuk menyelamatkan bumi dan atmosfer dari ketergantungan kita terhadap energi.

0 komentar:

Posting Komentar