Sabtu, Agustus 31

Jiwa Yang Pergi

Aku tak ada lagi. Jiwa ini telah mati suri menunggu keajaibqn untuk dihidupkan kembali dengan ciuman seorang perjaka yang tak perlu bergelar pangeran. Tatapi hati nya serupa itu.

Aku tak ada lagi. Jiwa ku pergi saat otakku pecah dengan masalah yang tak dapat kubendung lagi. Isinya jatuh bak ir terjun yang terhujam bersama jiwaku. 

Tubuhku hanya rangka yang berjuang tanpa jiwa melalang kemana saja ganpa tujuan. Tak ada tempat di dunia lagi yang membuat nyaman. Semua menghakimi. Menghina. Kadang mencerca.  

Lamat lamat kupandangi langit menunggu cahaya agar asaku tak pudar oleh kelam nya malam. Namun hanya petir yang datang menyambar sisa hidupku yang tak berarti ini. 

Namun saat rintik jayuh membasahi tubuh ini. Perlahan ada kehangatan dalam dinginnya malam bermandi iar hujan. Sadarku terpaku. Bukan cahaya yang aku butuhkan, hanya air pelepas dahaga, hanya iar yang menyucikan. Sungguh benar orang berkata, tuhan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Sebentar saja jiwa ku terasa hangat, syaraf mengantarkan pesan agar senyum mengambang. Ya jiwaku telah kembali. 



Senin, Agustus 26

Dekat

Aku selalu ingin menjadi udara yang tak tampak oleh matamu. Aku ada dalam setiap helaan nafas yang harus kau syukuri setiap saat. Namun kau tak perlu tau aku berada dimana dan tak perlu membayar atau membalas.

Jika engkau penulis, aku tak ingin lagi menjadi pensil.aku ingin bersandar pada imaginasi yang kau mainkan didalam otakmu. Saat kau sedang terpejam aku akan terus bermain menjadi inspirasi yang akan memperkaya tulisanmu. 

Engkau bagai teh diincar setiap pagi. Dipuji dan dikenalkan pada tamu. Aku hanya ingin menjadi kantung teh celupmu. Agar, saat kau dibuang mereka kau tidak sendiri. 

Rabu, Agustus 21

imajinasi gagal

Kenapa kopi? Kafein yang terkandung membuat jantung berpacu lebih cepat. Sama saat aku berjumpa denganmu, detak jantung tak seperti biasa. Aku gundah dan salah tingkah.

Setelah menghabiskan segelas kopi, kita akan terjaga lebih lama. Aku sering jet-Lag setelah bertemu lelaki tu. Halayan memenuhi ruang kamar untuk menunggu kantuk yang tak kunjung datang. Aku insomnia malam itu. 

Belum lagi perutku yang kacau karena kopi tak diinginkan asam lambungku yang kumat. Kau wahai lelaki, nikmat sekaligus muzarat yang harus kunikmati keduanya sebagai akibat. 

Mengapa kau kopi? Kau itu candu, hari diawali dengan pahitmu yang kelam. Kadang harus melewatkan malam untuk menikmatimu saat hari baru dimulai. Aromamu yang melayang diantara partikel udara merangsang syaraf untuk terjaga. Kau membangunkan hasrat pada jiwaku yang terlelap. Saatnya aku bangkit untuk menyeduh dan menegukmu. 

Wahai lelaki... Kau ada dalam darah sejak pagi itu, DNA ku telah berubah dengan campuran kafeinmu yang tak hanya ada dalam darah saja. Hingga prilaku kini lebih girang, lebih charming kata orang sejak kandunganmu bersimultan dalam aliran darah di tubuhku. 

Jika kau tak ada, sama saja tidak meminum kopi. Bayangkan jika kita meniadakan kebiasan yang sudah menjadi rutin yang mendarah dalam setiap pembuluh. Jika memang kau tak tiada, aku terus lelap, aku layu dan detakku melemah. Udara kering dan hampa dalam ruang kamar ini. 

Intinya, love and coffee are the best when they are hot. Jangan biarkan kopimu dingin dalam cangkir yang menampung banyak cinta di sana. Jangan biarkan jiwamu sepi tanpa kopi. 

Terkandang aku ingin cepat pulang hanya untuk menikmatimu sambil termenung didepan jendela. Hanya kopi dan jendela yang dapat mengantarkanku dimanapun kau berada. 



Sabtu, Agustus 17

gol AB


Baru kali ini aku merasa istimewa menjadi manusia. Memiliki dua kepribadian, merasa idealisme dan bergolongan darah ab. Aku tersadar setelah seorang teman yang memiliki kepribadian yang sama denganku bergolongan darah sama.

Lelaki ini anti kemapanan. Dia egois dalam segala hal dan dia pintar. Dia mengaku sangat memahami orang lain, tapi orang lain tidak memahaminya. Memang kami sama.

Sebulan yang lalu, seseorang yang sangat amat kurindukan saat ini, tidak senang dengan idealisme yang kuyakini sebagai pedoman hidupku. Teman golongan darah AB ku mengatakan, dia salah berteman sama orang. Harusnya dia bangga. Atau aku yang salah memilih orang yang harus kurindukan. Ngapain harus rindu dengan orang yang gak akan bisa terima jalan hidup kita. Sedangkan jalan hidup dia yang berbeda dengan kita, bisa kita terima. 

Hidup memang harus berjalan, kebiasaan yang tidak lagi dilakukan terkadang akan kita rindukan terjadi lagi. Menunggu telfon saat insomnia, menunggu sms yang kadang-kadang datang namun tak terduga. Walaupun dia hanya curhat tentang kekasihnya.

Tapi haruskah merindukan orang yang salah ? Bisa gak hanya memilih satu kepribadian saja?

Mungkin teman bergolongan darah AB itu bisa menjawab pertanyaanku. Dia juga bilang kalau kami jago berimajinasi. Gara-gara aku rajin berimajinasi tentang kamu, rusak dunia persilatan. Samapai sekarang kalau berdoa masih terlintas mukamu. Padahal aku ingin muka yang lain terlintas, entah siapa gitu. Tolong dong... kalau melupakan aku bawa juga mukanya ya!

*jadinya tidak bisa menulis seperti dulu saat kau masih rajin merindukanku. Aku jadi kurang keren tanpa kamu. Kurang smart.