Jumat, Januari 4

Sepatu Kets Usang (Part 1)

Sepatu kets itu, ku temukan di bawah tangga. Gudang sepatu-sepatu usang. Dulu aku bangga sama sepatu ini karna dia setia menemaniku ke kampus, karna sudah lama terpakai, kalau kena becek bocor dan buat kaus kaki basah. Bau busuk jadinya kaki ku. Aku paling g suka bermasalah sama kaki, karna gampang kutu air. Ibuku complain aku mau ganti sepatu.“Kan bisa diperbaiki, atau kakimu di rawat biar nggak kena jamur. Kalau dipemerbaiki masih bisa di pakai pas nggak musim ujan”. Aku tetap pendirian, mencari sepatu jenis kets baru. Selain kets nyaman, lumayan bisa dipakai kemana aja.

Temanku juga punya cerita sepatu kets. Sepatu itu itu dia dapat dari ‘monja’, tempat menjual barang-barang bekas. Dari kejauhan matanya sudah berbinar-binar liat sepatu kets itu dirak sepatu monja Melati. “jangan keliatan suka nya, ntar di mahalin” kataku pada teman ku ini sebut saja wati. Akhirnya dia dapat dengan harga murah. Saking senangnya, sampai lompat-lompat dan menjerit-jerit di pasar monja itu. Sepatu kets itu keliatan professional ketika di kakinya, dia lebih PeDe dan keliatan smart. Belakangan ku dengar sepatu kets milik wati sering ngulah, ya ilang tali lah, nyangkut di loteng lah, banyak deh kejadian yang membuat wati sering telat kekampus. Walau begitu, wati tetap sayang sama sepatunya. “sepatu ini mengajarkan aku kesabaran dan rasa syukur, jadi aku harus lebih sayang padanya” itulah pembenaran dari Wati. Itu menurut ku. Namanya aku naïf. Suatu hari wati solat di musholla perpus, eee sepatunya ilang gitu aja. Selang beberapa hari, diliatnya sepatu itu sama pemilik aslinya,”ini dia sepatu butut aku, dicuri orang dan dijual ke monja” kata perempuan itu. Iya itu memang sepatu wanita cantik itu, dia lebih pantas memakainya karna dia jalan begitu gemulai. Ya udah lah Wati bukan jodohmu sepatu monja itu.

Kejadian sepatu yang satu ini baru aja terjadi. Ola nama kawanku yang satu ini, udah sering dibuang sepatunya sama ibunya tetap aja diambil lagi dari tong sampah. Iiihhh… Ola jorok. Katanya,” sepatu ini penuh perjuangan banyak sekali kenangannya, selain nyaman, juga bisa dipakai ke berbagai medan”. Kebetulan kami tinggal di medan, jadi kami cewek-cewek yang suka jalan dan berpetualang. Kebali ke Ola, tragedy kali ini Ola kena batunya. Dia masuk rumah sakit gara-gara sepatu kets nya itu. Kaki Ola kena paku bangunan pas lagi survey kontruksi, karna Ola kuliah bagian itu. Ya iya lah kena paku, nggak pake boot. Malah pake sepatu kets busuk. Untung-untung cumin luka doang, kalau tetanus gimana? Akhirnya ibu Ola memberikan sepatu itu pada teman tetangga nya. Cewek keriting yang doyan ngecat sepatu bekas. Ola sering sakit hati liat si kriting itu pake sepatu buat olahraga doang. “huff… dasar. Banyak simpanan(sepatu)”. Ternyata Ola belum rela melihat sepatunya dipakai cewek itu.

Sekarang Wati sedang pamer sepatu barunya. Ganti gaya dia. Aku pun heran sambil nyelutuk “Apaan beli sepatu kede-an tuh, gaya pembalap lagi”. Wati Cuma cemberut mendengarnya. Walaupun begitu aku setuju aja sama pilihan Wati, dari pada cedera kayak Ola. Nah, sekarang aku dan Ola yng pusing nyari sepatu baru. Dia lebih memilih yang sport ternyata. Tapi aku ingin yang hi heel, biar sesuai umur.

Kami bertiga sering bertanya siapa sih pembuat sepatu pertama?





0 komentar:

Posting Komentar